Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Dana Moneter Internasional (IMF) memperingatkan pemerintah Indonesia dalam hal ini Kementerian Keuangan (Kemenkeu) untuk menjaga kehati-hatian dalam pengelolaan fiskal setelah memproyeksikan defisit anggaran berpotensi melebar menjadi 2,9% dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2026.
Angka ini lebih tinggi dari asumsi pemerintah dalam RAPBN 2026 yang menargetkan 2,7%.
Proyeksi ini disampaikan usai misi Konsultasi Pasal IV 2025 yang dipimpin Maria Gonzalez pada 3–12 November 2025.
IMF memproyeksikan defisit 2025 juga akan lebih lebar dari rencana pemerintah, yakni sekitar 2,8% dari PDB. Menurut IMF, pelebaran defisit tersebut mencerminkan proyeksi pertumbuhan dan penerimaan yang lebih konservatif dibanding perhitungan pemerintah.
"Pengelolaan pelaksanaan anggaran yang cermat untuk mengamankan target anggaran pemerintah akan memberikan dukungan fiskal yang dibutuhkan bagi perekonomian sekaligus menjaga ruang fiskal untuk dimanfaatkan jika risiko penurunan terjadi," tulis IMF dalam keterangannya, Rabu (19/11).
Baca Juga: Benarkah BSU Cair Lagi di November 2025? Cek BSU BPJS Ketenagakerjaan
Ia menegaskan bahwa menjaga fiskal tetap terkendali membutuhkan pengawasan ketat terhadap risiko, termasuk pada operasi quasi-fiscal, serta memastikan mobilisasi penerimaan negara terus diperkuat.
IMF menilai kebijakan fiskal Indonesia berada pada jalur yang mendukung pertumbuhan, namun efektivitasnya dapat ditingkatkan melalui penguatan penerimaan, belanja yang lebih berkualitas, dan efisiensi anggaran.
Langkah-langkah ini dinilai penting untuk menjaga keberlanjutan fiskal di tengah ketidakpastian global.
"Mobilisasi pendapatan yang lebih kuat, dengan fokus pada belanja berkualitas tinggi dan efisiensi belanja, akan semakin meningkatkan efektivitas kebijakan fiskal untuk mendukung pertumbuhan," katanya.
Dalam pernyataannya, IMF juga menyinggung sejumlah risiko eksternal, seperti meningkatnya ketegangan dagang dan volatilitas pasar keuangan global, yang berpotensi menekan kinerja ekonomi Indonesia.
Di sisi lain, IMF menilai pergeseran ke pelonggaran kebijakan moneter dengan menyelaraskan kembali berbagai instrumen BI ke arah yang suportif merupakan langkah yang tepat.
Menurutnya, pemotongan suku bunga 150 bps dan langkah-langkah peningkatan likuiditas akan secara bertahap memperkuat pertumbuhan kredit.
"Ke depannya mungkin ada ruang untuk beberapa pemotongan suku bunga kebijakan lebih lanjut," katanya.
IMF menekankan bahwa tingkat dan laju pemotongan suku bunga harus terus bergantung pada data, mempertimbangkan efek tertunda dari tindakan BI yang telah diambil, dan memperhitungkan impuls fiskal yang suportif serta kebutuhan untuk menjaga ruang terhadap guncangan eksternal.
"Fleksibilitas nilai tukar yang berkelanjutan akan membantu menyerap guncangan," imbuh IMF.
Baca Juga: Kantor Pos Cairkan BLTS untuk 11,6 Juta KPM, Cek Penerima di Cekbansos.kemensos.go.id
Selanjutnya: Simak Rekomendasi Teknikal Mirae Sekuritas Saham ARCI, HRTA & DEWA, Rabu (18/11)
Menarik Dibaca: Melonjak, Simak Harga Emas Antam Hari Ini Rabu 19 November 2025
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













