kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,40   8,81   0.99%
  • EMAS1.332.000 0,60%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Chatib Basri ramal defisit fiskal bisa membengkak hingga 8% dari PDB


Minggu, 05 Juli 2020 / 16:43 WIB
Chatib Basri ramal defisit fiskal bisa membengkak hingga 8% dari PDB
ILUSTRASI. Mantan Menkeu Chatib Basri


Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi Covid-19 masih membelenggu Indonesia. Pandemi ini pun membuat pemerintah kembali merevisi defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dari 5,07% terhadap produk domestik bruto (PDB) menjadi 6,34% PDB.

Melihat perkembangan terkini, Menteri Keuangan periode 2013-2015 Muhammad Chatib Basri memprediksi kalau defisit fiskal bahkan bisa membengkak di kisaran 7% hingga 8% terhdap PDB di akhir tahun.

Baca Juga: Menakar sentimen rencana pengembalian pengawasan bank ke BI pada saham bank

"Makanya, dalam kondisi ini, yang dibutuhkan adalah financing, extra budgetary support. Kita butuh sumber pembiayaan," jelas Chatib dalam webinar yang diadakan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Indonesia Banking School (IBS), Jumat (3/7).

Chatib memberikan imbauan terkait sumber pendanaan yang bisa dimanfaatkan pemerintah untuk menutup defisit fiskal. Pertama, dengan semakin mempertajam realokasi budget dengan membuat prioritas anggaran Kementerian/Lembaga (K/L) yang memang harus didahulukan.

Ia mengambil contoh dari sisi infrastruktur. Menurutnya, pemerintah bisa mempertimbangkan untuk pembangunan infrastruktur ditunda di tahun depan. Sementara di tahun ini, pemerintah bisa mengurangi anggaran pembangunan dan  mengalihkannya untuk maintenance saja.

Baca Juga: Ramalan Chatib Basri: Bakal muncul masalah baru di 2021

"Lalu juga pembelian barang-barang capital expenditure, perjalanan dinas K/L yang memang sekiranya bisa di cut, silakan di cut. Tapi saya yakin sekarang bu Sri Mulyani sudah memotong itu," tambahnya.

Selain itu, pemerintah juga bisa menggunakan skema lain dalam menambal defisit, seperti menggunakan saldo anggaran lebih (SAL) pemerintah, dana abadi untuk kesehatan, serta Badan Layanan Umum (BLU).

Kedua, dengan menarik pinjaman dari domestik. Namun, ia melihat kalau berlebihan, maka bisa menimbulkan risiko crowding out. Ketiga, penerbitan global bond dan meminjam dana dari lembaga internasional seperti World Bank dan Asian Development Bank (ADB), dan lain-lain.

Baca Juga: Prediksi Chatib Basri, pasar tradisional pulih dulu, mal dan entertainment sabar dulu

Keempat, dengan memanfaatkan perjanjian billateral swap yang sudah dimiliki Indonesia. Apalagi, Indonesia juga sudah memiliki perjanjian repo dengan The Fed senilai US$ 60 triliun, dan billateral swap dengan berbagai negara lain.

Dan terakhir, Bank Indonesia (BI) yang masuk ke pasar perdana untuk membeli SBN maupun SBSN pemerintah. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×