kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.918.000   12.000   0,63%
  • USD/IDR 16.395   6,00   0,04%
  • IDX 7.550   -68,02   -0,89%
  • KOMPAS100 1.058   -6,27   -0,59%
  • LQ45 798   -6,91   -0,86%
  • ISSI 255   -0,71   -0,28%
  • IDX30 413   -3,18   -0,76%
  • IDXHIDIV20 473   -3,89   -0,82%
  • IDX80 120   -0,65   -0,54%
  • IDXV30 124   0,66   0,54%
  • IDXQ30 131   -1,42   -1,07%

S&P Global Bongkar Risiko Fiskal Indonesia, Target Ekonomi Naik 8% Bisa Jadi Bumerang


Rabu, 30 Juli 2025 / 09:52 WIB
S&P Global Bongkar Risiko Fiskal Indonesia, Target Ekonomi Naik 8% Bisa Jadi Bumerang
ILUSTRASI. S&P Global Ratings memperkirakan, defisit fiskal akan meningkat menjadi 2,6% dari PDB tahun 2025 dan naik jadi 2,9% pada 2028


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Lembaga pemeringkat internasional S&P Global Ratings mengeluarkan peringatan soal arah kebijakan fiskal Indonesia ke depan.

Dalam laporan terbarunya, S&P Global menyebut bahwa target ambisius pemerintah Indonesia untuk mendorong pertumbuhan ekonomi hingga 8% pada 2029 bisa membawa risiko besar terhadap stabilitas fiskal negara.

S&P memperkirakan, defisit anggaran Indonesia akan lebih tinggi dalam tiga tahun ke depan.

Meskipun pemerintah tetap berkomitmen pada batas maksimal defisit 3% dari PDB, S&P menilai realisasi defisit kemungkinan besar akan mendekati batas tersebut setiap tahun.

Baca Juga: IMF Revisi Naik Proyeksi Ekonomi Indonesia Jadi 4,8% untuk Tahun 2025

"Hal ini mengingat rencana belanja dan target pertumbuhan sebesar 8% pada tahun 2029," tulis S&P Global dalam laporannya, Rabu (30/7/2025).

Adapun, S&P memperkirakan, defisit fiskal akan meningkat menjadi 2,6% dari PDB tahun ini dan 2,9% pada tahun 2028.

Tak hanya itu, utang bersih pemerintah juga diperkirakan meningkat sekitar 2,7% dari PDB per tahun sepanjang 2025–2028.

Sementara rasio penerimaan negara terhadap PDB diprediksi hanya bertahan di kisaran 15%, lebih rendah dari dua tahun terakhir.

Salah satu sorotan utama adalah program makan bergizi gratis (MBG) yang menjadi prioritas pemerintah baru. Pasalnya, program ini akan membutuhkan dana yang besar.

Jika tidak ada tambahan penerimaan, maka pemerintah hanya memiliki dua pilihan, yakni menaikkan defisit atau memangkas belanja lain yang bisa berdampak pada pertumbuhan ekonomi.

Baca Juga: Bidik Pertumbuhan Ekonomi 5,4% di Semester II 2025, Pemerintah Siapkan 4 Jurus

"Tanpa sumber pendapatan baru, defisit akan meningkat dari tingkat yang kami proyeksikan, atau pemerintah harus mengurangi pengeluaran di sektor lain, yang berpotensi berdampak pada pertumbuhan," tegas S&P.

S&P juga menilai bahwa ketidakpastian fiskal Indonesia kini lebih tinggi dari biasanya. Hal ini dipicu belum jelasnya peta jalan menuju target pertumbuhan 8%, dan potensi perubahan kebijakan yang dapat membuat proyeksi fiskal saat ini meleset jauh.

"Proyeksi kami sejalan dengan komitmen pemerintah terkait batasan defisit anggaran yang sah. Namun, arah fiskal Indonesia tampak lebih tidak pasti daripada biasanya, seiring pemerintah menyempurnakan prioritas kebijakannya menuju target pertumbuhan 8% pada tahun 2029," katanya.

Selanjutnya: Astra International (ASII) Tambah 65,29 Juta Saham di Hermina (HEAL)

Menarik Dibaca: Masih Bertenaga, IHSG Naik 0,5% Pada Rabu Pagi (30/7)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×