Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia tak bisa mengelak dari tren peningkatan inflasi. Saat ini pun, Indonesia tengah menghadapi kenaikan inflasi akibat naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi pada September 2022.
Kabar baiknya, Peneliti Ekonomi Senior Chatib Basri melihat, kenaikan inflasi ini hanya bersifat sementara. Bila menilik yang pernah terjadi, Chatib melihat tingkat inflasi Indonesia akan melandai pada September 2023.
“Inflasi di 2023 memang mungkin masih akan menunjukkan peningkatan secara tahunan atau year on year (yoy), tetapi pada September 2023 akan mulai melandai,” terang Chatib dalam Indonesia Knowledge Forum BCA, Selasa (18/10) secara daring.
Dari pola yang pernah dilalui Chatib, memang kenaikan harga BBM akan mengungkit inflasi selama beberapa waktu, yaitu tiga hingga empat bulan ke depan. Pada tahun 2022 ini, kemungkinan besar kenaikan inflasi cukup tinggi juga sekitar periode itu.
Baca Juga: Chatib Basri Ungkap Penyebab Dolar AS Perkasa
Selain itu, beban inflasi juga bertambah dari pemulihan konsumsi rumah tangga dan mobilitas masyarakat juga sangat kuat, setelah melewati pandemi Covid-19. Selain itu, inflasi sisi produsen sudah mencapai 9%, sehingga akan turut dibebankan pada konsumen.
Meski memang inflasi akan menurun, tetapi Chatib tetap mengimbau pemerintah untuk memperhatikan pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Apalagi, lebih dari 50% pertumbuhan ekonomi bersumber dari konsumsi rakyat.
Untuk menggenjot konsumsi rumah tangga, maka Chatib menyarankan pemerintah untuk fokus dalam memperkuat daya beli masyarakat. Kebijakan fiskal harus fokus untuk melindungi masyarakat kelompok menengah bawah.
Baca Juga: Chatib Basri: Di Tengah Pesimisme Ekonomi Global, IMF Optimistis Prospek Indonesia
Ia mengapresiasi langkah pemerintah saat ini yang telah memberikan bantuan langsung tunai (BLT) maupun program keluarga harapan (PKH), dan program perlindungan sosial lainnya. ini menjadi tumpuan bagi masyarakat menengah bawah untuk bisa belanja, sehingga pertumbuhan konsumsi tetap bergulir.
“Kalau kita lihat, BLT diberikan sekitar 4 bulan. Ini sesuai dengan pola dampak temporer inflasi yang muncul sekitar 3 hingga 4 bulan. Makanya, dikasih selama 4 bulan karena untuk menekan dampak inflasi,” tandas Chatib.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News