Reporter: Bidara Pink | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah ketakutan akan resesi global dan potensi perlambatan ekonomi negara-negara di dunia, Dana Moneter Internasional atawa International Monetary Fund (IMF) memberikan tone positif terhadap potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2023.
Bila menilik dari perkiraan lembaga tersebut dalam World Economic Outlook edisi Oktober 2022, IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun depan masih akan berada di level 5,0% YoY.
Peneliti Ekonomi Senior Chatib Basri mengatakan, keberanian IMF untuk memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia di level tersebut, menunjukkan optimismenya terhadap Indonesia. Berarti, memang ada kondisi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebenarnya masih solid dan progres pemulihan tetap terlihat.
“Ini tidak banyak orang yang melirik. IMF membuat prediksi ekonomi Indonesia 2023 tumbuh 5% yoy. IMF yang disebut pesimistis, tetapi membuat prediksi ekonomi Indonesia jauh lebih optimistis,” terang Chatib Basri dalam Indonesia Knowledge Forum BCA, Selasa (18/10) secara daring.
Baca Juga: Ekonomi Global Gelap dan Meredup, Ekonomi Asia jadi Titik Terang
Chatib memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di kisaran 4% YoY hingga 5% YoY. Menurut dia, pertumbuhan ekonomi 4% YoY di tahun depan merupakan skenario terburuk, kalau ketidakpastian global makin tinggi.
Nah, hal yang paling penting untuk menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah ketidakpastian global adalah dengan menjaga konsumsi rumah tangga. Apalagi, lebih dari 50% pertumbuhan ekonomi bersumber dari konsumsi rakyat.
Untuk menggenjot konsumsi rumah tangga, maka Chatib menyarankan pemerintah untuk fokus dalam memperkuat daya beli masyarakat. Kebijakan fiskal harus fokus untuk melindungi masyarakat kelompok menengah bawah.
Baca Juga: Akibat Tekanan Ekonomi Global, Banyak Negara Besar Alami Kenaikan Yield Obligasi
Dia mengapresiasi langkah pemerintah saat ini yang telah memberikan bantuan langsung tunai (BLT) maupun program keluarga harapan (PKH), dan program perlindungan sosial lainnya. ini menjadi tumpuan bagi masyarakat menengah bawah untuk bisa belanja, sehingga pertumbuhan konsumsi tetap bergulir.
“Dengan konsumsi rumah tangga yang tetap berjalan, maka efek perlambatan ekonomi dan resesi global akan minim ke Indonesia,” tandas Chatib.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News