Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kurs dolar Amerika Serikat (AS) masih perkasa dan memukul pergerakan nilai tukar negara-negara lain, termasuk rupiah.
Peneliti Ekonomi Senior Chatib Basri mengatakan kondisi penguatan dolar AS masih akan berlangsung. Namun kelangsungan penguatan dolar AS ini dengan tiga kondisi.
Pertama, pertumbuhan ekonomi AS lebih kuat dari Eropa.
Kedua, Amerika Serikat net eksportir energi komoditas.
Ketiga, ada peningkatan suku bunga acuan.
Baca Juga: Chatib Basri: Di Tengah Pesimisme Ekonomi Global, IMF Optimistis Prospek Indonesia
"Dengan melihat itu, strong dolar AS masih akan terjadi,” ujar Chatib dalam Indonesia Knowledge Forum BCA, Selasa (18/10) secara daring.
Pada penutupan perdagangan kemarin, rupiah di pasar spot parkir ke level Rp 15.464 per dolar AS.
Namun, bila menilik data non-deliverable forward (NDF) 1 tahun, rupiah pada tahun depan berpotensi bergerak di kisaran Rp 15.751 per dolar AS.
“Artinya, depresiasi masih akan terjadi di tahun depan karena kondisi strong dolar ini,” tegasnya.
Namun, Mantan Menteri Keuangan ini tetap yakin depresiasi nilai tukar rupiah masih akan relatif kecil bila dibandingkan dengan pelemahan nilai tukar negara lain. Hal ini seiring dengan kondisi fundamental Indonesia yang masih baik.
Baca Juga: Chatib Basri Terpilih Menjadi Ketua Dewan Pengelola Dana FIF
Seperti contohnya, neraca perdagangan Indonesia yang surplus jumbo.