kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Buka-bukaan Bambang Brodjonegoro soal EODB


Senin, 05 Juni 2017 / 09:57 WIB
Buka-bukaan Bambang Brodjonegoro soal EODB


Reporter: Agus Triyono | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Presiden Joko Widodo (Jokowi) ingin peringkat kemudahan berusaha yang saat ini di posisi 91 dunia terus diperbaiki. Jokowi ingin peringkat kemudahan berusaha bisa diperbaiki ke bawah peringkat 50.

Bambang Brodjonegoro, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Bappenas dalam sebuah wawancara khusus dengan KONTAN beberapa waktu lalu di ruang kerjanya mengatakan, pemerintah sudah banyak memperbaiki diri agar upaya tersebut berhasil.

Seperti apa upayanya dan apa targetnya dalam beberapa tahun ini, berikut petikan wawancaranya.

Pak bisa dijelaskan proses perbaikan kemudahan berusaha, bagaimana perkembangannya, apakah menuju peringkat kemudahan berusaha di bawah 50 seperti yang diinginkan presiden bisa dicapai?

Untuk ke situ kan proses bertahap, 50 itu katakan di 2019. Yang paling penting sekarang ya bagaimana meningkat dan lebih baik lagi peringkatnya dari 91. Dan kalau dilihat dari ranking itu yang harus jadi perhatian dua. Pertama, soal bagaimana memulai bisnis. Itu artinya, di kita proses memulai bisnis masih terlalu lama. Kita peringkat 151 di dunia.

Kedua, soal kontrak, enforcing contract itu kita nomor 166. Jadi memang kuncinya sekarang dikoordinasikan Kantor Menko Perekonomian, dan fokus dibuat terhadap dua itu; bagaimana memulai bisnis dan enforcing contract. Yang lain- lain, masalah IMB, property registration, trading accross boarder, meskipun masih di atas 100, itu mungkin second priority, yang first ya yang dua itu.

Tentunya ini harus satu per satu diatasi, karena ini bisa karena aturan, bisa juga karena interpretasi aturan. Jadi mungkin aturan sekarang sudah ada, mudah, lancar tapi pelaksanaan tidak sama dengan aturan.

Dua yang krusial tadi, langkah yang sudah ditempuh apa dan bagaimana koordinasi juga dengan daerah, selama ini kan itu yang masalah?

Koordinasinya ya, misal untuk memulai bisnis misalnya, sekarang dari survey EODB terakhir, masih meliputi 11 prosedur, 25 hari dan berbiaya Rp 2,8 juta. Nah pertanyaannya bagaimana perbaiki. Kita ambil best practice Belanda.

Belanda itu prosedur cuma empat, waktunya hanya empat hari, biayanya hanya 4,5 persen dari pendapatan per kapita, sedangkan kita mencapai 20 persen dengan Rp 2,8 juta tadi.

Karena itu perbaikan dilakukan misal, untuk nama perusahaan. Dulu itu nama perusahaan hanya bisa dimasukkan notaris, sekarang bisa notaris dan publik. Yang lain biaya pendirian perusahaan, untuk pesan nama dulu Rp 200.000 sekarang Rp 100.000.

Kemudian untuk pengesahan badan hukum, kalau dulu itu flat Rp 100.000, sekarang Rp 200.000 untuk modal dasar paling banyak Rp 25 juta, Rp 500.000 untuk modal dasar Rp 25 juta sampai Rp 1 miliar. Jadi sudah benar sesuai skala perusahaan.

Untuk pendaftaran BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan dulu tujuh hari sekarang bisa online. Jadi tidak perlu berhari- hari. SIUP TDP juga, dulu rangkap terpisah, sekarang jadi satu di PTSP. Pendaftaran tenaga kerja dulu ke disnaker, sekarang PTSP juga.

Dengan upaya- upaya tersebut mudah-mudahan bisa perbaiki peringkat dari yang 150 tadi, mudah - mudahan bisa di bawah 100. Secara prosedur diharapkan bisa turun dari 11 jadi lima prosedur, dari 25 hari jadi tujuh hari dan dari Rp 2,8 juta menjadi Rp 1,95 juta. Jadi memang penanganannya dibuat komponen per komponen. Dan menurut saya karena ini ranking rendah, fokus saja di situ.




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×