Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus neraca perdagangan barang Indonesia pada Februari 2025 mencapai US$ 3,13 miliar.
Angka ini mengalami penurunan sebesar US$ 380 juta secara bulanan, namun meningkat US$ 2,28 miliar secara tahunan.
Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan, surplus tersebut didukung oleh neraca perdagangan nonmigas yang mencatat surplus sebesar US$ 4,84 miliar, meskipun lebih rendah dari bulan sebelumnya yang sebesar US$ 4,92 miliar.
Komoditas utama penyumbang surplus nonmigas adalah lemak dan minyak hewani/nabati (HS 15), bahan bakar mineral (HS 27), serta besi dan baja (HS 72).
Baca Juga: Indonesia Raih Surplus dagang dengan AS, Tapi Defisit dengan China pada Oktober 2024
Sementara itu, neraca perdagangan migas mencatat defisit sebesar US$ 1,72 miliar, yang berasal dari komoditas hasil minyak maupun minyak mentah.
BPS mencatat, surplus neraca perdagangan Indonesia terutama berasal dari tiga negara, yaitu Amerika Serikat (AS), India, dan Filipina.
Surplus dengan AS mencapai US$ 1,5 miliar, didorong oleh ekspor mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya (HS 85), pakaian dan aksesoris rajutan (HS 61), serta alas kaki (HS 64).
Surplus dengan India sebesar US$ 1,26 miliar, didukung oleh ekspor bahan bakar mineral (HS 27), lemak dan minyak hewani/nabati (HS 15), serta besi dan baja (HS 72).
Baca Juga: Indonesia Masih Surplus Neraca Dagang dengan AS, Namun Defisit dengan China
Sementara surplus dengan Filipina mencapai US$ 753,3 juta, dengan kontribusi utama dari ekspor kendaraan dan bagiannya (HS 87), bahan bakar mineral (HS 27), serta lemak dan minyak hewani/nabati (HS 15).
Di sisi lain, Indonesia mencatat defisit perdagangan dengan China sebesar US$ 1,75 miliar, terutama dari impor mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya (HS 85), mesin dan peralatan mekanis (HS 84), serta kendaraan dan bagiannya (HS 87).
Defisit juga tercatat dengan Australia sebesar US$ 428,6 juta, dipengaruhi oleh impor ampas dan sisa industri makanan (HS 23), kapas (HS 52), serta gula dan kembang gula (HS 17).
Secara keseluruhan, nilai ekspor Indonesia pada Februari 2025 mencapai US$ 21,95 miliar, turun 2,58% secara bulanan.
Baca Juga: Argentina Catat Surplus Anggaran 9 Bulan Berturut-turut Setelah Defisit 123 Tahun
Sementara nilai impor tercatat sebesar US$ 18,86 miliar, meningkat 5,18% secara bulanan.
Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 58 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.
Selanjutnya: AAUI: Prospek Asuransi Suretyship Tahun 2025 Masih Cerah di Tengah Tantangan Ekonomi
Menarik Dibaca: BMKG Deteksi Bibit Siklon Tropis: Banten, Jakarta, Jawa Barat Berpotensi Hujan Lebat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News