Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia masih mencatatkan surplus sebesar US$ 2,45 miliar pada Oktober 2024.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan, meskipun masih mencatatkan surplus, neraca perdagangan Indonesia mengalami penurunan sebesar US$ 0,76 miliar bila dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai US$ 2,23 miliar.
Amalia membeberkan tiga negara penyumbang surplus terbesar pada Oktober 2024 terbesar adalah India, Amerika Serikat (AS), dan Filipina.
Baca Juga: BPS Catat Surplus Neraca Perdagangan US$ 2,45 Miliar Pada Oktober 2024
“Indonesia juga mengalami defisit perdagangan dengan beberapa negara, terbesar di antaranya China, kedua Brasil, dan Thailand,” tutur Amalia dalam konferensi pers, Jumat (15/11).
Adapun surplus neraca perdagangan Indonesia dengan India pada Oktober 2024 mencapai US$ 1,55 miliar. Komoditas penyumbang surplus terbesar adalah lemak dan minyak hewani/nabati (HS 15) US$ 700,1 juta, bahan bakar mineral (HS 27) sebesar US$ 495,6 juta, besi dan baja (HS 72) sebesar US$ 136,1 juta.
Kemudian, Amerika Serikat menyumbang surplus sebesar US$ 1,52 miliar, dengan komoditas penyumbang terbesar adalah mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya (HS 85) sebesar US$ 348,4 juta, alas kaki (HS 64) sebesar US4 269,1 juta, dan pakaian dan aksesorisnya (rajutan) atau (HS 61) sebesar US4 218,1 juta.
Baca Juga: BPS Catat Surplus Neraca Perdagangan September 2024 US$ 3,26 Miliar
Lalu, dengan Filipina menyumbang surplus neraca dagang sebesar US$ 797,4 juta, dengan penyumbang surplus terbesar berasal dari kendaraan dan bagiannya (HS 87) sebesar US$ 315,4 juta, bahan bakar mineral (HS 27) 230,7 juta, dan berbagai makanan olahan (HS 21) sebesar US$ 56,4 juta.
Lebih lanjut, Amalia menyampaikan tiga besar negara penyumbang defisit neraca perdagangan Indonesia, yakni China sebesar US$ 765,6 juta.
Kemudian dengan Brasil menyumbang defisit sebesar US% 387,9 juta. komoditas penyumbang defisit terdalam adalah gula dan kembang gula (HS 17) sebesar US$ 211,3 juta, ampas dan sisa industri makanan (HS 23) sebesar 199,9 juta, kapas (HS 52) sebesar US4 26,1 juta.
Baca Juga: Surplus Neraca Perdagangan Naik Jadi US$ 3,26 Miliar di September 2024
Selanjutnya, dengan Thailand, menyumbang defisit neraca dagang sebesar US$ 336,8 juta, dengan komoditas penyumbang utama adalah mesin dan perqalatan mekanis serta bagiannya (HS 84) sebesar US$ 107,1 juta, kendaraan dan bagiannya (HS 87) sebesar US$ 105,1 juta, serta plastik dan barang dari plastik (HS 39) sebesar US$ 103 juta.
Selanjutnya: Dragon Ball Daima Episode 6, Kapan Rilis? Inilah Jadwal dan Tempat Nonton yang Resmi
Menarik Dibaca: Daerah Ini Hujan Petir, Cek Prakiraan Cuaca Besok (16/11) di Jawa Barat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News