kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bos BI Tegaskan Suku Bunga Tak Perlu Naik Lagi


Rabu, 01 Maret 2023 / 12:27 WIB
Bos BI Tegaskan Suku Bunga Tak Perlu Naik Lagi
ILUSTRASI. Tekanan inflasi yang melandai membuat Bank Indonesia (BI) tidak perlu lagi mengerek suku bunga acuan.


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tekanan inflasi yang melandai membuat Bank Indonesia (BI) tidak perlu lagi mengerek suku bunga acuan.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menegaskan bahwa pihaknya tidak akan menaikkan suku bunga acuan lagi. Hal ini sejalan dengan inflasi yang mulai terkendali sesuai dengan target yang ditetapkan.

Perry menyampaikan bahwa BI meramal inflasi inti akan berada di bawah 4% pada semester pertama tahun ini, tepatnya akan berada sekitar 3,6%. Sementara inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) akan kembali ke bawah 4% pada semester kedua tahun ini.

"Sehingga tidak diperlukan lagi suatu kenaikan suku bunga karena pertimbangannya inflasi akan kembali ke target dan sebagai bagian dari sinergi mendukung pertumbuhan ekonomi," ujar Perry dalam acara Economic Outlook 2023, Selasa (28/2).

Baca Juga: Bos BI Yakin Rupiah Akan Terus Menguat

Seperti yang diketahui, sejak Agustus 2022 hingga Januari 2023, BI sudah menaikkan suku bunga acuan sebesar 225 basis poin (bps). Adapun kenaikan suku bunga ini sudah memadai untuk menjangkar ekspektasi inflasi Indonesia.

Sementara dari sisi eksternal memang masih ada tekanan dari kenaikan suku bunga The Fed alias Fed Funds Rate (FFR). Dia memperkirakan Fed Fund Rate masih akan naik hingga 5% pada tahun ini.

Baca Juga: BPS: Inflasi Pada Feburari Turun Jadi 0,16% Secara Bulanan

Bahkan dengan melihat kondisi terakhir, kenaikan FFR akan mencapai 5,25% dan akan bertahan hingga akhir tahun ini. Namun kenaikan tersebut tidak akan berdampak langsung terhadap perekonomian Indonesia dan nilai tukar rupiah.

"FFR tidak berdampak langsung ke ekonomi Indonesia terutama nilai tukar rupiah, lebih berpengaruh ke yield SBN," kata Perry.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×