Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Penurunan suku bunga acuan atau BI rate ke level 5,25% pada Juli 2025 diperkirakan tak akan mempengaruhi aliran modal asing ke pasar keuangan Indonesia.
Bank Indonesia (BI) mencatat, aliran masuk modal asing ke Surat Berharaga Negara (SBN) pada awal triwulan III 2025 , yakni hingga 14 Juli 2025 mencatat net inflows sebesar US$ 0,9 miliar, melanjutkan net inflows pada triwulan II 2025 sebesar US$ 1,6 miliar.
Ekonom meperkirakan aliran dana asing ke pasar keuangan Indonesia masih akan berlanjut, seiring dengan daya tarik sejumlah instrumen keuangan domestik di tengah tren penurunan suku bunga acuan.
Global Markets Economist Maybank Indonesia Myrdal Gunarto melihat minat investor asing terhadap obligasi dan saham Indonesia tetap solid.
“Saya lihat investor asing kelihatannya masih ada inisiasi untuk beli, terutama untuk obligasi tenor menengah panjang karena yield-nya masih menarik,” ujar Myrdal kepada Kontan, Kamis (17/7).
Baca Juga: BI: Aliran Modal Asing Masuk Rp 10,79 Triliun pada Pekan Pertama Juli 2025
Myrdal menilai pembelian obligasi tenor pendek lebih bersifat taktikal, tergantung pada kondisi ekonomi dan sentimen pasar yang berkembang.
Selain obligasi, pasar saham juga dinilai tetap menarik bagi investor global.
“Instrumen yang menarik itu ada saham. Saham ini kelihatannya masih menarik. Dari obligasi juga tenor panjang juga masih menarik,” ungkap Myrdal.
Optimisme terhadap pasar keuangan Indonesia juga diperkuat oleh prospek penguatan nilai tukar rupiah. Menurut Myrdal, sejumlah faktor mendukung stabilitas dan potensi penguatan rupiah ke kisaran Rp 15.800 per dolar AS.
“Peluang rupiah menguat masih besar, terutama ditopang oleh trade surplus yang terjaga. Selain itu, arus modal masuk dari pasar saham dan Foreign Direct Investment (FDI) juga terus berlanjut,” katanya.
Myrdal juga menyoroti peran kebijakan hilirisasi dan penguatan regulasi Devisa Hasil Ekspor (DHE) sebagai penopang stabilitas aliran dolar ke dalam negeri.
“Faktor-faktor ini yang kita lihat masih akan terus membuat rupiah menuju ke level di bawah Rp16.000, di kisaran Rp15.800,” kata Myrdal.
Dengan kondisi tersebut, Indonesia dinilai tetap menjadi destinasi menarik bagi investor asing, baik di pasar surat utang maupun ekuitas, dalam jangka menengah hingga panjang.
Baca Juga: Pekan Ketiga Juni 2025, Modal Asing Cabut Rp 2,04 Triliun dari Pasar Keuangan
BI mencatat nilai tukar rupiah menguat 0,34% (ptp) pada Juni 2025, ditopang kebijakan stabilisasi BI dan aliran masuk modal asing. Hingga pertengahan Juli 2025, rupiah tetap stabil meski ketidakpastian global meningkat, dengan kinerja yang relatif baik dibandingkan mata uang negara berkembang dan negara maju non-dolar AS.
Stabilitas nilai tukar didukung konsistensi kebijakan stabilisasi BI, aliran modal asing, khususnya ke SBN, serta konversi valas oleh eksportir seiring penguatan kebijakan DHE SDA.
"Ke depan, rupiah diperkirakan tetap stabil karena dukungan BI, imbal hasil kompetitif, inflasi yang rendah, dan prospek ekonomi domestik yang positif," ungkap Gubernur BI, Perry Warjiyo, Rabu (17/7)
Selanjutnya: Rupiah Melemah pada Kamis (17/7), Begini Prediksinya untuk Perdagangan Jumat (18/7)
Menarik Dibaca: Dari Dokter hingga Influencer, Ini Tren Profesi Anak Versi AI Morinaga
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News