Reporter: Martina Prianti | Editor: Djumyati P.
JAKARTA. Badan Kebijakan Fiskal (BKF) menilai, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih dibayangi oleh sejumlah hambatan. Karena itulah, diperkirakan pertumbuhan ekonomi baik pada tahun ini maupun tahun depan masih sekitar 6%.
Agus Suprijanto, Pejabat Sementara Kepala BKF mengatakan Indonesia memiliki potensi pertumbuhan ekonomi 7% hingga 8%. "Tapi jangan lupa ada bottlenecking seperti infrastruktur, keamanan, stabilitas, kepastian hukum, dan UU Ketenagakerjaan. Itu semua isu yang harus kita bereskan," ucap Agus, Kamis (7/10).
Karena hal itulah, dia melanjutkan, BKF memperkirakan bila hal itu tidak diatasi maka pertumbuhan ekonomi hanya akan berkisar 6%. Terkait itulah, makanya pemerintah cenderung untuk lebih berhati-hati dalam menetapkan besarnya defisit anggaran.
"Paling tinggi pertumbuhan ekonomi setelah krisis 2007, kita tumbuh 6,28%. Artinya kapasitas perekonomian kita masih di level itu, kalaupun digelontorkan uang dan utang sana sini serta defisit hingga 2,5%, tidak akan tumbuh lebih tinggi karena tidak terserap," paparnya.
Bila pemerintah tetap memaksakan defisit yang besar tanpa diimbangi dengan perbaikan isu di atas maka hanya akan menyebabkan inflasi tinggi. Hal itu lantaran tinggi permintaan masyarakat tidak diimbangi dengan peningkatan produksi barang dari dalam negeri tetapi di sisi lain, impor akan meningkat.
"Defisit1,8% tahun depan bisa menumbuhkan pertumbuhan 6,4%, bisa menumbuhkan kesempatan kerja. Kalau dibuat lebih dari itu, tidak ada jaminan pertumbuhan lebih besar sebelum masalah yang jadi bottlenecking masih ada," lanjutnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News