kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.367.000   7.000   0,30%
  • USD/IDR 16.731   21,00   0,13%
  • IDX 8.389   22,05   0,26%
  • KOMPAS100 1.163   3,35   0,29%
  • LQ45 847   4,23   0,50%
  • ISSI 292   0,76   0,26%
  • IDX30 446   3,97   0,90%
  • IDXHIDIV20 513   3,54   0,69%
  • IDX80 131   0,41   0,31%
  • IDXV30 138   0,55   0,40%
  • IDXQ30 141   0,94   0,67%

BI Proyeksikan Surplus Anggaran Rp 68,7 Triliun di 2025, Ini Pendorong Utamanya


Rabu, 12 November 2025 / 23:41 WIB
BI Proyeksikan Surplus Anggaran Rp 68,7 Triliun di 2025, Ini Pendorong Utamanya
ILUSTRASI. Bank Sentral Tahan Suku Bunga —Logo Bank Indonesia (BI) di gedung BI, Jakarta, Rabu (23/4/2025). Hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia bulan ini, memutuskan, mempertahankan suku bunga acuan (BI rate) di 5,75%. Keputusan tersebut juga sejalan dengan upaya mempertahankan stabilitas rupiah di tengah meningkatnya ketidakpastian global dan mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/23/04/2025


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memproyeksikan Anggaran Tahunan Bank Indonesia (ATBI) 2025 akan berbalik surplus sebesar Rp 68,66 triliun, setelah sebelumnya ditargetkan defisit Rp 26,71 triliun.

Surplus tersebut terjadi karena penerimaan diperkirakan lebih besar daripada pengeluaran.

Baca Juga: IKPI Dorong Reformasi Ekosistem Perpajakan untuk Perkuat Fondasi Fiskal Nasional

Berdasarkan paparan ATBI 2025, penerimaan BI diproyeksikan mencapai Rp 234,39 triliun atau 138,58% dari target, sedangkan pengeluaran diperkirakan Rp 165,72 triliun atau 84,62% dari target.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menjelaskan, pembalikan posisi anggaran menjadi surplus didorong beberapa faktor, terutama kenaikan pendapatan dari transaksi valas dan hasil penempatan cadangan devisa yang lebih tinggi dari asumsi awal.

“Sementara beban bunga dari instrumen operasi moneter tidak setinggi perkiraan,” ujar Josua kepada Kontan, Rabu (12/11/2025).

Josua menuturkan, pola serupa juga tampak pada laporan keuangan tahun sebelumnya, di mana pendapatan selisih kurs dari transaksi valas mencapai Rp 54,6 triliun, menjadi penopang utama surplus BI selain pendapatan bunga dan transaksi aset keuangan lainnya.

Baca Juga: Penanganan Korban Kontaminasi Cs-137 Selesai, 11 Pekerja Dinyatakan Pulih

“Sementara beban kebijakan terutama berasal dari bunga instrumen operasi moneter dan fasilitas simpanan syariah,” tambahnya.

Menurut Josua, kondisi ini menunjukkan bahwa pergerakan nilai tukar dan tingkat bunga global dapat mendorong sisi pendapatan BI jauh di atas biaya stabilisasi yang dikeluarkan.

Sebagaimana diketahui, tahun ini BI menahan gejolak rupiah dengan kombinasi intervensi di pasar spot dan Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), sambil menjaga cadangan devisa agar kebutuhan kas intervensi tidak membengkak.

Di sisi lain, bauran operasi moneter yang lebih pro-pasar turut menurunkan beban bunga dibanding rencana awal ketika tekanan nilai tukar mulai mereda.

Baca Juga: BI Proyeksikan Surplus Anggaran Tahunan Rp 68,7 Triliun di 2025, Ini Kata Ekonom

“BI menegaskan bahwa anggaran adalah implikasi dari pelaksanaan kebijakan, bukan batas pelaksanaannya. Artinya, BI akan tetap melakukan langkah stabilisasi yang diperlukan, dan hasilnya baru tercermin dalam realisasi ATBI,” jelas Josua.

Lebih lanjut, Josua menilai, surplus ATBI 2025 akan mempertebal permodalan dan cadangan BI, sehingga menambah bantalan kelembagaan ke depan.

Namun demikian, amunisi utama stabilisasi tetap berasal dari perangkat kebijakan dan cadangan devisa, bukan semata dari besar kecilnya angka surplus.

“Bahkan dalam posisi surplus, BI menekankan bahwa keputusan stabilisasi tidak dibatasi pagu anggaran. Rasio modal BI masih di bawah ambang 10% pada 2024, sehingga surplus akan dipupuk kembali sebagai cadangan untuk memperkuat ketahanan ke depan,” ujarnya.

Baca Juga: Komisi XI DPR Komentari Langkah Buyback saham Anggota Bank Himbara

Dengan demikian, Josua memproyeksikan surplus ATBI 2025 terutama mencerminkan pengelolaan nilai tukar dan pasar uang yang efisien, serta kondisi pasar yang relatif kondusif.

Sementara itu, kemampuan BI menjaga stabilitas tetap bertumpu pada kombinasi instrumen operasi moneter, koordinasi kebijakan, dan kecukupan cadangan devisa.

Selanjutnya: LVMH Watches Akuisisi Minoritas Saham La Joux-Perret Dorong Dorong Inovasi Jam

Menarik Dibaca: 5 Jenis Kacang-Kacangan yang Bantu Turunkan Gula Darah secara Alami

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×