kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.924.000   -8.000   -0,41%
  • USD/IDR 16.210   -85,00   -0,52%
  • IDX 6.897   65,26   0,96%
  • KOMPAS100 1.002   13,05   1,32%
  • LQ45 771   10,32   1,36%
  • ISSI 224   1,60   0,72%
  • IDX30 397   5,48   1,40%
  • IDXHIDIV20 461   5,31   1,16%
  • IDX80 113   1,46   1,31%
  • IDXV30 113   0,44   0,39%
  • IDXQ30 129   1,86   1,47%

Surplus BI 2024 Melonjak, Ekonom: Bukan Tanda Baik, Stabilitas Justru Menurun


Kamis, 26 Juni 2025 / 20:08 WIB
Surplus BI 2024 Melonjak, Ekonom: Bukan Tanda Baik, Stabilitas Justru Menurun
ILUSTRASI. Bank Sentral Tahan Suku Bunga —Logo Bank Indonesia (BI) di gedung BI, Jakarta, Rabu (23/4/2025). Bank Indonesia (BI) mencatat surplus besar dalam laporan keuangan tahun 2024., surplus setelah pajak mencapai Rp 52,19 triliun.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mencatat surplus besar dalam laporan keuangan tahun 2024. Surplus setelah pajak mencapai Rp 52,19 triliun, meningkat dari tahun sebelumnya Rp 36,3 triliun.

Ini menjadi capaian tertinggi sejak 2016, atau dalam sembilan tahun terakhir.

Lonjakan surplus tersebut berasal dari total penghasilan BI sebesar Rp 228,37 triliun dan beban sebesar Rp 161,32 triliun. Surplus sebelum pajak tercatat mencapai Rp 67,35 triliun.

Namun, Ekonom Senior Bright Institute Awalil Rizky menilai capaian tersebut perlu dicermati lebih dalam. Menurutnya, lonjakan penghasilan BI justru mencerminkan kondisi yang patut diwaspadai dari sisi stabilitas moneter.

Baca Juga: BI Catatkan Surplus Anggaran Rp 52,19 Triliun pada Tahun 2024

“Informasi kenaikan pesat penghasilan BI pada 2024 di atas menarik untuk dicermati, apalagi jika dikaitkan dengan dinamika sektor moneter dan keuangan,” kata Awalil dalam keterangannya, Kamis (26/6).

Ia menjelaskan, pelemahan nilai tukar rupiah dalam kondisi volatilitas harian yang tinggi justru memberi kontribusi besar terhadap pendapatan BI, khususnya dari selisih kurs.

Selain itu, pendapatan bunga dan sejenisnya juga meningkat, sejalan dengan naiknya BI-rate serta bunga lending facility, bukan hanya tingkat bunga melainkan besaran transaksinya.

Ditambah dengan tingkat diskonto atau yield surat berharga negara (SBN) di pasar sekunder berkenaan dengan kepemilikan BI yang makin besar.

Ia menegaskan bahwa peningkatan pendapatan tersebut tidak serta-merta menunjukkan kondisi moneter yang membaik, melainkan isyarat stabilitas dan kepastian yang menurun.

Secara rinci, penghasilan BI dalam Laporan Tahunan Keuangan 2024 terdiri dari lima komponen utama. Komponen terbesar berasal dari pelaksanaan kebijakan moneter yang menyumbang Rp 226,89 triliun atau 99,22% dari total penghasilan.

Baca Juga: Rupiah Tertekan, Bank Indonesia Diprediksi Tetap Jaga Stabilitas Pasar

Dalam komponen tersebut, pendapatan bunga mencapai Rp 91,53 triliun, tertinggi sepanjang sejarah BI. Pendapatan dari transaksi berbasis prinsip syariah sebesar Rp 10,73 triliun. Jika digabungkan, keduanya mencakup 44,72% dari total penghasilan.

Tiga kelompok pendapatan lain yang juga signifikan adalah pendapatan bunga dari SBN Pemulihan Ekonomi Nasional (Rp 26,20 triliun), SBN untuk Kesehatan dan Kemanusiaan (Rp 27,79 triliun), serta imbal hasil SBN Syariah dalam program serupa (Rp 1,09 triliun).

Selisih kurs dari transaksi valuta asing juga memberikan kontribusi besar, mencapai Rp 54,57 triliun atau 21,27% dari total penghasilan, meningkat 35,15% dibanding tahun sebelumnya.

Sementara itu, komponen pendapatan lainnya, seperti dari sistem pembayaran, pengawasan makroprudensial, penyediaan pendanaan, dan lainnya hanya menyumbang porsi kecil terhadap total penghasilan.

Selanjutnya: Geledah Kantor Salah Satu Bank BUMN, Ketua KPK Beri Penjelasan

Menarik Dibaca: Tangsel Diguyur Hujan, Ini Prakiraan Cuaca Besok (27/6) di Banten Selengkapnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×