Reporter: Siti Masitoh | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Bank Indonesia (BI) masih membuka ruang ruang penurunan suku bunga acuan atau BI-rate pada 2026 mendatang.
Seperti diketahui, BI-rate telah turun sebanyak 125 basis poin (bps) sepanjang tahun ini menjadi ke level 4,75%.
Perry menyebut, dasar pemangkasan BI-rate tersebut dengan mempertimbangkan proyeksi inflasi yang tetap rendah dan terkendali dalam sasaran 2,5% plus minus 1%, dan perlunya untuk bersama pemerintah dan berbagai pihak terus mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.
Ia menyampaikan, tingkat penurunan suku bunga beserta waktu pelaksanaannya akan dievaluasi dari bulan ke bulan melalui asesmen yang mencakup perkembangan inflasi, pertumbuhan ekonomi, stabilitas nilai tukar, serta berbagai kondisi moneter lainnya.
“Jadi ke depan sekali lagi kami terus mencermati ruang penurunan suku bunga, besarnya berapa, waktunya kapan, nanti kami akan evaluasi dari setiap Foreign Direct Investment (FDI) bulanan ke bulan berikutnya. Nanti kami sampaikan,” tutur Perry dalam konferensi pers, Rabu (17/12/2025).
Baca Juga: BI: Kebijakan Moneter Diperkuat Untuk Dorong Pertumbuhan Ekonomi
Perry menambahkan, saat ini BI sedang fokus pada stabilisasi nilai tukar rupiah sejalan dengan ketidakpastian global yang masih tinggi.
Stabilisasi nilai tukar rupiah dilakukan dengan berbagai langkah seperti melalui intervensi di pasar luar negeri dengan instrumen non-delivery forward (NDF) di pasar Asia, Eropa, dan Amerika Serikat (AS) yang dilakukan secara berkelanjutan sepanjang waktu.
Serta melalui intervensi di pasar valuta asing domestik, baik secara tunai (spot), domestic non-delivery forward, maupun melalui pembelian Surat Perbendaharaan Negara (SPN) di pasar sekunder.
Selanjutnya, BI juga menempuh ekspansi likuiditas. Ia menyampaikan bahwa BI akan meningkatkan pertumbuhan uang primer yang mulai diarahkan sejak Desember dan ditargetkan sepanjang tahun berikutnya berada pada level dua digit.
Kebijakan ini ditujukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi agar likuiditas yang telah dialirkan ke perbankan dapat diteruskan ke sektor riil, dengan tetap mengedepankan sinergi bersama kebijakan fiskal.
“Karena BI tidak bisa mengalirkan likiditas ke sektor riil. Makanya kami koordinasi erat dengan Pak Menteri Keuangan yang terus mendorong ekspansi fiskal agar aliran likiditas di perbankan bisa mengalir ke sektor riil,” kata Perry.
Baca Juga: BI: Konsumsi Rumah Tangga Membaik, Permintaan Perlu Digenjot
Selanjutnya: Ajaib Kripto Perkuat Kepatuhan, Targetkan Kepercayaan Investor Ritel
Menarik Dibaca: Harga Emas Hari Ini Naik, Dekati Rekor All Time High Oktober 2025
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













