Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5,5%. Hal ini selain untuk mengendalikan defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) dalam batas yang aman, juga untuk merespons terjadinya krisis di Turki.
Di sisa tahun ini, BI diperkirakan masih akan menaikkan suku bunga acuan sekali lagi sebanyak 25 bps menjadi 5,75%. Ekonom Maybank Myrdal Gunarto mengatakan, hal ini adalah untuk mengompensasi kenaikan suku bunga The Fed pada kuartal IV-2018.
“Itu untuk kompensasi kenaikan bunga the Fed. Dengan begitu, nilai tukar diharapkan lebih stabil seiring daya tarik pasar keuangan domestik yang terjaga,” ujar Myrdal kepada Kontan.co.id, Rabu (15/8).
Sementara itu, Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Pieter Abdullah mengatakan, dengan kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 bps hari ini, maka menjadi sulit memperkirakan berapa kali lagi dan sampai di level berapa BI akan menaikkan suku bunga.
Sebab, BI merespons semua tekanan dengan kenaikan suku bunga. “Kenaikan suku bunga 25 bps menurut saya justru menunjukkan bahwa BI tidak percaya diri menghadapi tekanan terhadap rupiah yang meningkat seiring memburuknya CAD dan potensi krisis di Turki,” katanya.
Ia khawatir pasar justru melihat langkah BI ini terlalu buru-buru karena bulan depan kemungkinan The Fed baru akan menaikkan suku bunga dan BI bisa jadi terdorong untuk menaikkan suku bunga kembali.
“Bila setiap tekanan terhadap rupiah selalu dijawab dengan menaikkan suku bunga acuan maka suku bunga akan terlalu tinggi dan berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.
Oleh karena itu, Pieter bilang, BI perlu menyeimbangkan kebijakan ini dengan kebijakan makroprudensial yang lebih longgar tetapi diiringi pengawasan yang ketat. Jangan sampai pelonggaran likuiditas justru memicu spekulasi valas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News