Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed) telah menaikkan suku bunga acuan pada pekan ini sebesar 25 bps menjadi 1,75% hingga 2%. AS juga masih berpeluang mengerek suku bunga sebanyak dua kali lagi.
Untuk menghadapi kenaikan suku bunga, Bank Indonesia (BI) siap melakukan langkah pre-emptive guna menjaga stabilitas ekonomi Indonesia, khususnya nilai tukar rupiah. Sebelumnya, upaya pre-emptive ditunjukkan dengan menaikkan suku bunga acuan (BI 7DRR) sebanyak dua kali dalam sebulan pada Mei lalu menjadi 4,75%.
Selain pre-emptive, BI juga akan menerapkan strategi front loading dan a head de curve untuk mengantisipasi dan memitigasi dampak dari kebijakan eksternal tersebut. Strategi itu sekaligus untuk menjaga stabilitas ekonomi tanah air, khususnya yang terkait dengan stabilitas nilai tukar rupiah.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, langkah pre-emptive dalam hal suku bunga, tidak semata untuk meredam volatilitas nilai tukar rupiah. Artinya, selain menjaga stabilitas nilai tukar, BI ingin membuat pasar keuangan tetap menarik.
"Tapi juga buat pasar keuangan, khususnya aset-aset keuangan masih menarik bagi investor asing. Itu yang ingin kami lakukan," ujar Perry saat ditemui di kediamannya, Jumat (15/6).
Ke depan, BI juga akan terus mencermati perkembangan ekonomi dan keuangan, baik domestik maupun internasional dalam memanfaatkan kenaikan suku bunga BI secara terukur.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News