Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lambatnya penyerapan belanja pemerintah pusat diperkirakan menjadi salah satu faktor yang menahan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2025.
Global Market Economist Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto memperkirakan, pertumbuhan ekonomi pada periode tersebut hanya akan mencapai sekitar 5%, atau lebih rendah dari capaian Kuartal II-2025 yang tumbuh 5,12%.
“Ya memang kalau kita lihat, untuk realisasi belanja terutama untuk belanja pemerintah pusat agak sulit, terutama untuk realisasi program prioritas pembangunan, karena kendalanya nggak seragam,” ujar Myrdal kepada Kontan, Selasa (14/10).
Baca Juga: Didorong Stimulus, Purbaya Optimistis Pertumbuhan Ekonomi 5,67% di Kuartal IV 2025
Kementerian Keuangan dalam konfrensi pers APBN Kita edisi Oktober 2025, melaporkan realisasi belanja negara mencapai Rp 2.234,8 triliun sampai 30 September 2025, atau baru terserap 63,4% dari outlook (Lapsem) APBN 2025 yang sebesar Rp 3.527,5 triliun. Artinya ada sekitar Rp 1.292,7 triliun yang belum dibelanjakan.
Melambatnya belanja negara ini dikarenakan penyerapan realisasi belanja pemerintah pusat yang juga lambat. Tercatat sampai September 2025, belanja pemerintah pusat sebesar Rp 1.589,9 triliun atau baru terserap 59,7% dari outlook (Lapsem) APBN 2025 yang mencapai Rp 2.663,4 triliun.
Menurutnya, beberapa jenis belanja seperti subsidi dan transfer ke daerah (TKD) masih menunjukkan kinerja baik. Namun, realisasi program prioritas pembangunan berjalan lambat akibat hambatan di lapangan yang bervariasi antar K/L.
Misalnya saja BGN yang belanjanya baru terserap 16,9% dari outlook APBN 2025, disusul oleh belanja Kementerian Pekerjaan Umum yang baru terserap 48,2% dari outlook. Adapun Kementerian Pertanian (Kementan) baru menyerap 32,9% dari outlook.
Ia menilai, percepatan belanja baru akan terlihat pada kuartal IV-2025, terutama untuk penyerapan belanja TKD, subsidi, dan proyek-proyek prioritas. Meski begitu, Myrdal memperkirakan realisasi belanja pemerintah secara total tetap tidak akan mencapai target penuh.
Baca Juga: Purbaya Sebut Tak Sulit Capai Pertumbuhan Ekonomi 6% Asal Belanja Tepat Sasaran
“Kuartal IV itu kelihatannya dikebut ya untuk belanja TKD, subsidi, dan termasuk juga program prioritas pembangunan. Tapi realisasinya juga tak akan 100%, kemungkinan hanya 93%,” jelasnya.
Kendati penyerapan belanja belum optimal, Myrdal tetap optimistis pertumbuhan ekonomi full year bisa mencapai 5,2% hingga akhir tahun. Ia menyebut ekspor dan investasi, terutama untuk pembelian mesin dan peralatan, masih menjadi penopang utama perekonomian.
“Masih ada kontribusi dari ekspor yang cukup bagus, dan investasi juga masih jalan, jadi full year bisa tumbuh 5,2%,” pungkasnya.
Selanjutnya: KPK Sebut Sita 44 Bidang Tanah dari Tersangka Kasus Pemerasan Izin TKA Kemnaker
Menarik Dibaca: Sentimen Positif Pasar Kripto di Tengah Tekanan Penambahan Tarif Impor AS ke China
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News