Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Tendi Mahadi
Kongres dan White House, kata Faisal, juga menyetujui paket bantuan senilai US$484 miliar untuk usaha kecil yang terimbas Coronavirus. Juga mengesahkan paket tambahan senilai US$3 triliun. Sedangkan Bank Sentral AS (The Federal Reserve) memompakan likuiditas sebesar US$4 triliun ke dalam perekonomian makro. “Ini sungguh suatu langkah yang tak pernah terjadi sedemikian masifnya dilakukan AS pada masa sebelumnya.”
Di Indonesia, kata Faisal, pandemi Covid-19 yang telah menyebar ke hampir semua provinsi – masih berada di lereng menuju puncak kurva. Sementara rendahnya kapasitas sistem pelayanan dan kesehatan lumayan merata, sehingga tingkat kematian (case fatality rate) Indonesia pada kasus wabah ini mencapai 6,6%, atau yang tertinggi di Asia.
Baca Juga: Asuransi Milik Grup Salim Jual Saham Produsen Ultra Milk dan Teh Kotak
Menurut dia, berbeda dengan perang konvensional yang selalu melahirkan dua kutub yang saling bertentangan. Pada konteks pandemi Coronavirus, katanya, yang telah menjelma sebagai pandemik global dan telah menjadi musuh bersama, dibutuhkan aksi kolektif secara bersama (global) untuk menghadapinya.
Jika kebersamaan dunia berjalan baik, kata Faisal, maka situasi ekonomi akan terselamatkan. Hubungan antara pasar dan negara akan terseimbangkan kembali. “Ini akan disertai dengan keseimbangan kembali antara hiper-globalisasi dan nasional otonomi. Tapi apa yang terjadi dalam krisis ini (akibat Coronavirus) sejauh ini bukanlah indikator masa depan,” katanya.
Sementara Ketua Harian Jaringan Pengusaha Nasional Widiyanto Saputro menilai pengusaha pada prinsipnya selalu membutuhkan informasi kondisi dan forecast ekonomi aktual yang terpercaya, peta jalan yang cukup bisa diandalkan menghadapi situasi COVID-19.
Baca Juga: Jawa Timur dengan kasus tertinggi covid-19 sejak Maret, ini kata Gubernur Khofifah
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News