Reporter: Grace Olivia | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Mandiri Tbk memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2019 mencapai 5,22%. Kesenjangan investasi dinilai menjadi kunci tantangan pemerintah dalam mendorong pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) tetap di atas level 5% ke depan.
Dalam kajian Macroeconomic Outlook 2019 yang dirilis Mandiri Group, Rabu (30/1), proyeksi pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan prognosa pertumbuhan PDB 2018 yaitu 5,16%. Kepala Ekonom Bank Mandiri Anton Gunawan, berpendapat, pertumbuhan diperkirakan masih didorong oleh solidnya konsumsi rumah tangga pada level pertumbuhan 5,1% serta belanja konsumsi pemerintah yang meningkat.
"Ini terlihat dari anggaran sosial dan dana desa, dua pos yang tumbuh lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya, juga dibandingkan dengan pertumbuhan belanja total tahun ini," tutur Anton dalam laporannya.
Namun, Indonesia dinilai masih perlu mendorong sektor manufaktur agar berkembang pesat untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi agar lebih merata dan stabil, serta menyerap tenaga kerja yang lebih besar. Bank Mandiri melihat, fokus pemerintah ke depan adalah mencapai keseimbangan antara mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan menjaga stabilitas makro dengan mempersempit kesenjangan investasi.
"Secara khusus, membuat prioritas kebijakan untuk insentif yang dapat memandu arus investasi ke sektor-sektor yang berorientasi ekspor," lanjutnya.
Jika Indonesia ingin meningkatkan pertumbuhan ekonominya hingga 5,5%, Anton menilai, rasio investasi terhadap PDB harus mencapai sebesar 34%. Sementara, rasio saat ini masih sebesar 32%. Oleh karena itu, kontribusi investasi swasta diperlukan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan juga mencapai struktur Neraca Pembayaran yang lebih baik.
Bank Mandiri menyimpulkan, pada semester-I 2019 pertumbuhan ekonomi masih akan disetir oleh konsumsi seiring dengan rendahnya tingkat inflasi dan besarnya stimulus perlindungan sosial dari pemerintah. Namun, memasuki semester-II, pertumbuhan investasi diproyeksi bakal mulai mengambil peran dalam mendorong laju pertumbuhan.
Hal ini lantaran, pertama, meredanya ketidakpastian politik pasca gelaran pemilihan umum. Kedua, adanya berbagai insentif perpajakan dari pemerintah, serta selesainya pembangunan sejumlah proyek infrastruktur yang strategis akan menjadi faktor pendukung investasi di paruh kedua 2019.
"Tingkat likuiditas juga akan membaik sejala dengan inflow dari investasi portofolio maupun investasi langsung (FDI), disertai realisasi belanja pemerintah yang biasanya memang lebih tinggi di semester kedua dalam beberapa tahun terakhir," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News