kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45982,12   -8,25   -0.83%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bank Dunia prediksi ekonomi Indonesia bisa tumbuh 4,8% pada 2021


Kamis, 16 Juli 2020 / 15:03 WIB
Bank Dunia prediksi ekonomi Indonesia bisa tumbuh 4,8% pada 2021


Reporter: Rahma Anjaeni | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Dunia (World Bank) memproyeksikan ekonomi Indonesia akan turun sampai dengan 0% pada tahun ini.

Adanya kecemasan konsumen serta kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) untuk meredam penyebaran virus, telah mengakibatkan berhentinya kegiatan pariwisata, rendahnya harga komoditas, dan terhentinya kegiatan operasional toko maupun restoran.

Baca Juga: Bank Dunia memproyeksi ekonomi global bisa minus 5,2% tahun ini

Meski demikian, Bank Dunia melihat pemulihan ekonomi akan terjadi secara berangsur-angsur dan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) secara riil diproyeksikan akan mencapai 4,8% pada tahun 2021, serta akan mencapai 6% pada tahun 2022.

"Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2021 diharapkan sebesar 4,8% seiring dengan peningkatan angka konsumsi swasta yang mulai pulih, dan pertumbuhan signifikan akan terjadi pada 6% di tahun 2022," ujar Lead Economist World Bank Indonesia Frederico Gill Sander di dalam peluncuran Indonesia Economic Prospect, Kamis (16/7).

Frederico melanjutkan, beberapa strategi yang dapat mendukung Indonesia bangkit dari krisis diantaranya adalah memperluas cakupan program perlindungan sosial, mengatasi kesenjangan yang baru teridentifikasi pada sistem, serta mempercepat penerapan perawatan kesehatan universal untuk seluruh lapisan masyarakat.

Baca Juga: Ini tiga prioritas reformasi yang dapat dilakukan pemerintah versi Bank Dunia

Selain itu, keputusan pemerintah untuk mengubah prioritas belanja negara dan meningkatkan defisit anggaran memang sangat dibutuhkan untuk dapat meredam dampak pandemi ini.

Ke depannya, alokasi belanja dalam jumlah lebih besar pada sektor kesehatan, perlindungan sosial, dan infrastruktur akan tetap dibutuhkan pemerintah.

"Kebutuhan belanja ini, juga menjadi dasar mengapa reformasi perpajakan untuk meningkatkan pendapatan fiskal negara sangatlah penting untuk melandaikan kurva utang dan mempertahankan kerangka makroekonomi Indonesia yang kuat,” kata Frederico.

Di sisi lain, dampak pandemi terhadap mata pencaharian juga sangat besar, apalagi sebagian besar masyarakat Indonesia mengalami kehilangan pendapatan. Tanpa perluasan program bantuan sosial secara signifikan, sebanyak 5,5 juta rakyat Indonesia bahkan diprediksi bisa masuk ke dalam garis kemiskinan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×