Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2020 masih tertekan akibat berbagai sentimen baik internal maupun eksternal. Namun, Bank DBS menilai, pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa bertahan di level 5%-5,1%.
Kepala Ekonom Bank DBS Masyita Crystallin mengatakan, kemampuan Indonesia bertahan di tengah perlambatan ekonomi global tahun ini, menjadi bukti kalau tahun depan Indonesia bisa melanjutkan pertumbuhan ekonominya di level 5%.
Baca Juga: Terorisme dan radikalisme hambat investasi, ini yang dilakukan pemerintah
Masyita menyampaikan, setidaknya ada empat faktor pendukung proyeksi pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Pertama, dari sisi likuiditas global diprediksi akan membaik setelah tahun ini bank sentral global beramai-ramai memangkas suku bunga acuan.
Kedua, tekanan dari Amerika Serikat (AS) semakin pelan karena berlangsung pemilihan umum (Pemilu). Dus, gonjang-ganjing perang dagang AS dengan mitra dagangnya akan lebih melandai di tahun 2020.
Ketiga, dari sisi politik domestik sudah reda pasca pemilihan presiden (Pilpres) 2019. Sebagian arah kebijakan pemerintah pada 2020 merupakan kelanjutan dari tahun 2019 seperti pembangunan infrastruktur.
“Arah kebijakan pemerintah pusat sudah clear, seharusnya wait and see investor berkurang,” kata Masyita seusai acara Economic and Political Outlook 2019, Jakarta, Selasa (26/11).
Baca Juga: Para miliarder Hong Kong mulai mengalihkan uang mereka ke luar negeri
Keempat, kontribusi investasi terhadap pertumbuhan ekonomi diramal makin manjur dengan kebijakan pemerintah pusat yang jelas, suku bunga rendah, dan agenda reformasi undang-undang lewat omnibus law perizinan dan omnibus law perpajakan.
Masyita menilai, orientasi investor asing akan lebih luas di tahun 2020 yang juga mengincar investasi swasta, setelah kecenderungan untuk berinvestasi di perusahaan pemerintah atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN). “Iklim investasi membaik jadi ke pemerintah masuk ke swasta juga,” kata Masyita.
Dia menegaskan pemerintah setidaknya perlu menjaga konsumsi dan investasi di tahun depan, terlebih sentimen positif lebih banyak daripada negatif.
Baca Juga: Dibayangi Risiko Utang, Emiten Batubara Masih Andalkan Pasar Obligasi
Untuk kuartal I-2020, DBS menilai dari sisi investasi akan tumbuh dari kuartal I-2019. Alasannya, pada Januari-Maret 2019, terjadi Pemilu yang menyebabkan investor menahan modal untuk dialirkan ke Indonesia. Sementara, kuartal I-2019 arah kebijakan pemerintah sudah terbentuk.
Namun, dari sisi konsumsi, kemungkinan tidak sebesar di masa-masa pemilu. Untuk menjaga konsumsi dalam negeri, Masyita menilai belanja negara lewat program bantuan sosial (bansos) dapat menjadi vitamin untuk meningkatkan konsumsi masyarakat menengah ke bawah.
Baca Juga: Tertinggi 6,6%, ini lima bank yang menawarkan bunga deposito paling tinggi
Konsumsi kelas ekonomi menengah ke bawah dinilai dapat memberi dampak cepat kepada pertumbuhan ekonomi. “Karena proporsi pengeluaran konsumsi dari pendapatan atau gaji mereka tinggi, hampir semuanya dibelanjakan,” kata Masyita.
Masyita menambahkan dari sisi current account deficit (CAD), tahun depan, diprediksi akan membaik namun masih ada potensi melebar mengingat sentimen global bisa kapan saja terjadi atau bertambah.
Namun, langkah Bank Indonesia (BI) yang telah memangkas suku bunga acuan sebanyak 1% di tahun ini sudah tepat yang bisa jadi penolong CAD. Proyeksi Maysita, CAD pada tahun 2020 berada di level 2,5%-3% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Baca Juga: Bunga LPS turun, bunga deposito bank tertinggi 6,8%
Di sisi lain, impor diprediksi akan tertekan dan ekspor akan membaik karena perbaikan harga komoditas dan barang-barang ekspor lainnya. Sebab, tahun ini eskpor terkoreksi lantaran harga yang lebih rendah daripada tahun lalu, tapi secara volume relatif stagnan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News