Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli
Komaidi menambahkan, yang perlu menjadi perhatian pemerintah justru pada kondisi lifting migas nasional. Sebab menurunta jika tidak mencapai target yang sudah ditentukan, maka impor akan lebih besar, sehingga secara tidak langsung akan membebani subsidi yang bisa lebih membengkak lagi.
Sementara itu, Kepala Pusat Ekonomi Makro dan Keuangan Institute for Development of Economics and Finance (Indef) M Rizal Taufikurahman juga menilai aumsi yang digunakan masih optimis meskipun diberikan jangkauan.
Meski begitu, menuruntnya target asumsi tersebut perlu dijaga ketika terjadi perubahan atau penyesuaian, mengingat tahun 2024 adalah tahun politik, yang mana bisa mempengaruhi akan mempengaruhi besran belanja subsidi.
Baca Juga: Target Lifting Migas Menurun, Pemerintah Didorong Tinjau Ulang Target 1 Juta Barel
Selain itu, pemerintah juga perlu memerhatikan penyaluran susbidi energi agar bisa tepat sasaran. Di antaranya, sasaran penerima manfaat subsidi dianjurkan menggunakan by name by adress dan menggunakan Nomor Induk Kependudukan (NIK).
Kemudian, database yang sangat lengkap bagi penerima subsidi, mekinisme operasional distribusi subsidi harus tepat, cepat, dan akurat, serta bermanfaat, optimlisasi platform digital seperti my Pertamina, sebagai alat distribusi yang efisien dan efektif.
“Serta memastikan penerima subsidi ini bisa mengurangi angka kemiskinan ekstrim yang ditargetkan tahun 2024 sebesar nol%,” kata Rizal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News