kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Akibat Tekanan Ekonomi Global, Banyak Negara Besar Alami Kenaikan Yield Obligasi


Selasa, 18 Oktober 2022 / 20:16 WIB
Akibat Tekanan Ekonomi Global, Banyak Negara Besar Alami Kenaikan Yield Obligasi
ILUSTRASI. Obligasi.


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perekonomian Indonesia masih menunjukkan pertumbuhan yang terus membaik jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Walaupun International Monetary Fund (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan Indonesia tahun ini menjadi 5%, hal ini lebih baik jika dibandinkan dengan tahun 2021 yang sebesar 3,7%.

Senior Vice President, Head of Retail, Product Research & Distribution Division Henan Putihrai Asset Management (HP Asset Management) Reza Fahmi Riawan mengatakan, tekanan global yang saat ini terjadi membuat yield obligasi di negara-negara besar mengalami kenaikan.

Sebut saja negara Amerika Serikat (AS) yang mengalami kenaikan dari level 2% menjadi 4%, Singapura naik dari level 1,6% menjadi 3,5%, Malaysia naik dari 3,5% menjadi 4,4%, serta negara Thailand naik dari 1,9% menjadi 3,04%. Ini juga tidak terlepas dari tekanan geopolitik antara Rusia dan Ukrainan yang menyebabkan kenaikan harga minyak dunia yang diikuti oleh inflasi secara global.

"Yang terjadi saat ini merupakan tekanan dari global yang merupakan lanjutan dari tahun pandemi, dimana pada saat itu hampir seluruh negara melakukan quantitative easing, dan kemudian di-tapering, atau mengurangi likuiditas di pasar," ujar Reza kepada Kontan.co.id, Selasa (18/10).

Baca Juga: Chatib Basri: Genjot Konsumsi Masyarakat, Jurus Tangkal Resesi

Untuk itu, Reza mengatakan bahwa pemerintah tetap harus melawan inflasi dengan menaikkan tingkat suku bunga, dan menjaga kestabilan Rupiah, serta tidak terlambat dalam merubah kebijakan baik fiskal maupun moneter.

Ekonom MNC Sekuritas Tirta Widi Gilang Citradi mengatakan, meski pencapaian ekonomi Indonesia masih relatif bagus hingga saat ini, hanya saja faktor ekonomi global masih mendominasi.

"Yield US Treasury tenor pendek saja sudah 4,5% yang dua tahun merespons proyeksi The Fed yang akan naikkan suku bunga sampai akhir tahun bisa 4,4% dan tahun depan naik lagi," katanya.

Untuk itu, Tirta menyarankan pemerintah dalam hal ini Bank Indonesia (BI) untuk menjaga nilai tukar agar tetap terjaga buka hanya depresiasinya saja yang minim, tetapi juga tidak terlalu volatile.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×