kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Akhir tahun 2019 manufaktur Indonesia masih lesu, begini prediksinya pada 2020


Jumat, 03 Januari 2020 / 12:42 WIB
Akhir tahun 2019 manufaktur Indonesia masih lesu, begini prediksinya pada 2020
ILUSTRASI. Suasana pameran Manufacturing Indonesia 2019 di JIExpo, Kemayoran, Jakarta Pusat.


Reporter: Grace Olivia | Editor: Herlina Kartika Dewi

Perusahaan mengharapkan ekspansi pasar terencana, efisiensi keuntungan, perbaikan kualitas, aktivitas pemasaran, dan kenaikan perkiraan penjualan mendorong pertumbuhan produksi. 

Perusahaan juga menaikkan aktivitas pembelian untuk pertama kalinya sejak Juni, yang kemudian berkontribusi terhadap kenaikan inventaris input. 

"Dengan output, permintaan baru, dan inventaris input kembali tumbuh menunjukkan bahwa masa pemulihan sudah dekat. Tentu saja, headline PMI sementara masih di bawah level netral 50,0, tapi naik ke posisi tertinggi selama lima bulan. Ditambah lagi, kepercayaan diri berbisnis merupakan yang paling tinggi pada semester kedua 2019,” sambung Bernard. 

Baca Juga: Pesanan ekspor meningkat, aktivitas pabrik China kembali menggeliat

Namun, Bernard mengingatkan bahwa tantangan pemulihan aktivitas manufaktur Indonesia masih cukup berat di tengah perlambatan global. Survei tersebut masih melihat adanya penurunan penyerapan tenaga kerja dalam kurun enam bulan terakhir di 2019. 

Survei juga masih melihat adanya penumpukan stok produk jadi selama delapan bulan berturut-turut hingga Desember lalu yang menunjukkan kelesuan permintaan dan penundaan pengiriman barang sehingga menumpuk di gudang. Ditambah lagi, tekanan inflasi juga relatif tidak berubah. 

“Harapan kenaikan kuat pada aktivitas pabrik harus ditahan dulu karena indikator survei lain, termasuk penurunan lapangan pekerjaan, penurunan penyerapan tenaga kerja, dan inflasi yang tidak berubah, menunjukkan bahwa jalan menuju pemulihan masih menantang di tengah- tengah perlambatan global. Khususnya, dilaporkan bahwa penurunan permintaan dan penundaan pengiriman menyebabkan akumulasi inventaris lebih lanjut,” tutup Bernard. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×