kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Akhir tahun 2019 manufaktur Indonesia masih lesu, begini prediksinya pada 2020


Jumat, 03 Januari 2020 / 12:42 WIB
Akhir tahun 2019 manufaktur Indonesia masih lesu, begini prediksinya pada 2020
ILUSTRASI. Suasana pameran Manufacturing Indonesia 2019 di JIExpo, Kemayoran, Jakarta Pusat.


Reporter: Grace Olivia | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia dari IHS Markit tercatat berada pada level 49,5 pada Desember 2019. Ini menunjukkan kondisi manufaktur Indonesia masih mengalami tekanan lantaran berada di bawah batas level ekspansif yaitu 50. 

Laporan survei terhadap manajer pembelian tersebut memang menyebut, capaian indeks Indonesia membaik dibandingkan bulan sebelumnya yang hanya 48,2. Namun secara rata-rata, PMI Manufaktur Indonesia sepanjang kuartal IV-2019 hanya 48,5 yang merupakan capaian kuartalan terendah sejak 2015.

Meski demikian, Kepala Ekonom IHS Markkit Bernard Aw menyebut, survei pada Desember itu juga mengindikasikan adanya potensi perubahan ke arah yang lebih positif pada tahun 2020.

Baca Juga: Aktivitas manufaktur Zona Euro kontraksi dalam 11 bulan terakhir

“Penurunan manufaktur Indonesia masih terjadi pada akhir tahun ini, dengan data PMI menunjukkan penurunan lebih jauh di kondisi operasional selama bulan Desember. Akan tetapi, survei terkini juga mengisyaratkan kemungkinan perubahan situasi menuju tahun baru,” tutur Bernard dalam laporannya. 

Arus masuk bisnis baru secara keseluruhan, misalnya, mengalami kenaikan untuk pertama kalinya sejak Juli 2019 lalu yang utamanya didorong oleh permintaan domestik, di tengah permintaan ekspor baru yang masih turun sepanjang Desember lalu.

Survei juga menunjukkan bahwa kenaikan penjualan terjadi seiring dengan adanya kenaikan volume produksi untuk pertama kali dalam enam bulan terakhir, meski hanya kenaikan marginal. 

Selain itu, kepercayaan diri berbisnis (business confidence) juga membaik pada Desember lalu. Indeks Output Masa Depan yang menjadi tolok ukur sentimen untuk output di tahun selanjutnya, terus meningkat ke posisi tertinggi dalam enam bulan terakhir. 

Perusahaan mengharapkan ekspansi pasar terencana, efisiensi keuntungan, perbaikan kualitas, aktivitas pemasaran, dan kenaikan perkiraan penjualan mendorong pertumbuhan produksi. 

Perusahaan juga menaikkan aktivitas pembelian untuk pertama kalinya sejak Juni, yang kemudian berkontribusi terhadap kenaikan inventaris input. 

"Dengan output, permintaan baru, dan inventaris input kembali tumbuh menunjukkan bahwa masa pemulihan sudah dekat. Tentu saja, headline PMI sementara masih di bawah level netral 50,0, tapi naik ke posisi tertinggi selama lima bulan. Ditambah lagi, kepercayaan diri berbisnis merupakan yang paling tinggi pada semester kedua 2019,” sambung Bernard. 

Baca Juga: Pesanan ekspor meningkat, aktivitas pabrik China kembali menggeliat

Namun, Bernard mengingatkan bahwa tantangan pemulihan aktivitas manufaktur Indonesia masih cukup berat di tengah perlambatan global. Survei tersebut masih melihat adanya penurunan penyerapan tenaga kerja dalam kurun enam bulan terakhir di 2019. 

Survei juga masih melihat adanya penumpukan stok produk jadi selama delapan bulan berturut-turut hingga Desember lalu yang menunjukkan kelesuan permintaan dan penundaan pengiriman barang sehingga menumpuk di gudang. Ditambah lagi, tekanan inflasi juga relatif tidak berubah. 

“Harapan kenaikan kuat pada aktivitas pabrik harus ditahan dulu karena indikator survei lain, termasuk penurunan lapangan pekerjaan, penurunan penyerapan tenaga kerja, dan inflasi yang tidak berubah, menunjukkan bahwa jalan menuju pemulihan masih menantang di tengah- tengah perlambatan global. Khususnya, dilaporkan bahwa penurunan permintaan dan penundaan pengiriman menyebabkan akumulasi inventaris lebih lanjut,” tutup Bernard. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×