kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.931.000   26.000   1,36%
  • USD/IDR 16.465   -15,00   -0,09%
  • IDX 6.898   66,24   0,97%
  • KOMPAS100 1.001   10,19   1,03%
  • LQ45 775   7,44   0,97%
  • ISSI 220   2,72   1,25%
  • IDX30 401   2,31   0,58%
  • IDXHIDIV20 474   1,13   0,24%
  • IDX80 113   1,15   1,03%
  • IDXV30 115   -0,06   -0,05%
  • IDXQ30 131   0,58   0,44%

Agar Ekonomi Tumbuh 5% pada Kuartal II-2025, Pemerintah Perlu Mendorong Sektor Ini


Selasa, 06 Mei 2025 / 16:32 WIB
Agar Ekonomi Tumbuh 5% pada Kuartal II-2025, Pemerintah Perlu Mendorong Sektor Ini
ILUSTRASI. Pemerintah perlu fokus mendorong sektor-sektor lapangan usaha yang berpotensi mengangkat pertumbuhan ekonomi di atas 5% pada kuartal II 2025.ANTARA FOTO/Adiwinata Solihin/Spt.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah perlu fokus mendorong sektor-sektor lapangan usaha yang berpotensi mengangkat pertumbuhan ekonomi di atas 5% pada kuartal II 2025.

Sebagaimana diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2025 hanya mencapai 4,87% secara tahunan (year-on-year/yoy). Capaian ini lebih rendah dibanding kuartal IV 2024 yang tumbuh 5,02% yoy, serta lebih rendah dari kuartal I 2024 yang tumbuh 5,11% yoy.

Peneliti Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA) Badiul Hadi menilai, jika dilihat dari sisi lapangan usaha, sektor pertanian menjadi penopang utama dengan pertumbuhan tertinggi sebesar 10,52% yoy.

Baca Juga: Perlambatan Ekonomi Indonesia pada Triwulan I-2025 dan Solusi yang Diperlukan

Pertumbuhan ini terutama dipicu oleh panen raya padi dan jagung di berbagai daerah sentra produksi. Namun, secara kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, sektor ini hanya menyumbang 1,11%.

“Dorongan sektor pertanian terhadap pertumbuhan ekonomi nasional masih terbatas karena struktur ekonominya masih didominasi oleh usaha berskala kecil dengan nilai tambah yang rendah,” ujar Badiul kepada Kontan, Selasa (6/5).

Menurutnya, pemerintah perlu mengarahkan sektor pertanian menuju transformasi struktural. Ini dapat dilakukan melalui pengembangan agroindustri, pemanfaatan teknologi, serta membangun koneksi yang kuat dengan pasar ekspor maupun industri dalam negeri agar kontribusi sektor ini terhadap perekonomian bisa lebih besar.

Selain itu, sektor industri pengolahan juga perlu mendapat perhatian khusus. Sebagai motor utama penggerak ekonomi, kinerja sektor ini justru melambat pada kuartal I 2025.

Badiul mencatat, meskipun sektor ini memberikan kontribusi terbesar terhadap produk domestik bruto (PDB), yakni sebesar 19,25% yoy, namun sumbangannya terhadap pertumbuhan ekonomi hanya 1,64% yoy, jauh menurun dibandingkan 3,51% pada kuartal I 2024.

“Ini menunjukkan bahwa industri pengolahan membutuhkan dorongan baru, baik dari sisi investasi, inovasi, maupun keterhubungan dengan sektor-sektor hulu seperti pertanian dan pertambangan,” jelasnya.

Baca Juga: Sri Mulyani: Tahan Banting! Ekonomi RI Tumbuh 4,87% di Tengah Gejolak Global

Ia menambahkan, sektor industri pengolahan masih bisa menjadi andalan pertumbuhan jika didorong melalui kebijakan hilirisasi, pemberian insentif kepada industri kecil dan menengah, serta peningkatan kualitas sumber daya manusia dan infrastruktur logistik.

Sektor lain yang patut mendapat perhatian adalah perdagangan dan transportasi, yang justru mencatatkan kinerja positif. Kedua sektor ini masing-masing tumbuh sebesar 5,03% yoy dan 9,01% yoy, didorong oleh peningkatan mobilitas masyarakat serta pulihnya aktivitas ekonomi pasca pandemi.

Begitu pula sektor komunikasi yang mencatat pertumbuhan 7,72% yoy, seiring dengan perluasan digitalisasi.

Badiul menilai bahwa perdagangan, transportasi, dan digitalisasi bisa tetap menjadi andalan dalam upaya diversifikasi dan perluasan basis pertumbuhan ekonomi baru, terutama di wilayah urban dan semi-urban.

Di sisi lain, sektor pertambangan justru mengalami kontraksi sebesar 1,23% yoy, meskipun kontribusinya terhadap PDB cukup besar, yakni mencapai 8,99% yoy. Menurut Badiul, pelemahan sektor ini bisa berdampak negatif terhadap penerimaan negara, seperti halnya sektor-sektor utama lainnya.

Lebih lanjut, Badiul menegaskan bahwa dengan berbagai upaya yang tepat, prospek pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2025 masih terbuka lebar.

Dalam skenario optimistis, jika hilirisasi sektor pertanian dan penguatan industri manufaktur mulai menunjukkan hasil nyata, serta ekspor produk olahan dan pertumbuhan UMKM digital terus meningkat, maka pertumbuhan ekonomi berpotensi mencapai 5,3% pada kuartal II 2025.

Namun, dalam skenario moderat jika tren saat ini terus berlanjut tanpa gangguan signifikan pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan berada di kisaran 4,8% hingga 5,1%. 
Sebaliknya, jika kontraksi sektor pertambangan berlanjut dan sektor industri belum pulih, maka pertumbuhan ekonomi kemungkinan besar tidak akan melebihi angka 5% pada kuartal II 2025.

Selanjutnya: Kuasai 65% Pasokan Nikel, Begini Dampak Pelemahan Industri di China ke Harga Nikel RI

Menarik Dibaca: Penyebab Kolesterol Tinggi Apa? Salah Satunya Berat Badan Berlebih

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×