Reporter: Siti Masitoh | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2025 hanya mencapai 4,87% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Pertumbuhan ekonomi ini lebih rendah dibanding kuartal IV-2024 yang tumbuh 5,02% yoy, dan juga lebih rendah dibanding kuartal I-2024 yang mencatatkan pertumbuhan sebesar 5,11% yoy.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi pada kuartal II 2025, pemerintah akan mengeluarkan kebijakan yang berfokus pada peningkatan daya beli, stimulus ekonomi, dorongan investasi, dan akselerasi belanja pemerintah.
Baca Juga: Ekonom Danamon Proyeksi Kuartal II 2025 Ekonomi RI Tumbuh 4,79%, Ini alasannya
Sebagaiman diketahui, salah satu penyebab melambatnya pertumbuhan ekonomi karena konsumsi pemerintah mengalami kontraksi sebesar 1,35% yoy pada kuartal I 2025.
Selain itu, konsumsi rumah tangga pada kuartal I 2025 ini juga tumbuh melambat mencapai 4,89%, bila dibandingkan kuartal IV 2024 sebesar 4,98%, dan kuatal I 2024 yang mencapai 4,91%.
Untuk menjaga daya beli, Airlangga menyebut, pemerintah akan menyalurkan bantuan sosial (bansos) PKH dan Kartu Sembako pada Mei-Juni 2025 serta pencairan Gaji ke-13 ASN.
“Pencairan gaji ke-13 dan penyaluran bansos diharapkan memberikan stimulus bagi perekonomian nasional, terutama dalam mendorong konsumsi rumah tangga,” kata Menko Airlangga.
Pemerintah juga memberikan insentif fiskal di sektor properti, otomotif, dan padat karya, serta menjaga stabilisasi harga pangan.
Baca Juga: Sumber Pertumbuhan Ekonomi Lemah Lunglai
Untuk mendorong investasi, Pemerintah membentuk Satuan Tugas (Satgas) Perluasan Lapangan Kerja, menyederhanakan perizinan melalui Inpres Deregulasi, Penyelesaian Revisi Perpres BUPM (Bidang Usaha Penanaman Modal) dan mengimplementasikan Kredit Investasi untuk Industri Padat Karya, optimalisasi Capex (capital expenditure) BUMN, dan optimalisasi penyaluran KUR (Kredit Usaha Rakyat).
"Kami berkomitmen terus memperbaiki iklim investasi melalui deregulasi dan penyederhanaan perizinan. Implementasi Kredit Investasi untuk Industri Padat Karya juga kami dorong untuk menciptakan lapangan kerja baru," jelas Airlangga.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan Akselerasi belanja Pemerintah menjadi fokus utama dengan target penyerapan bisa lebih tinggi dari siklus triwulanannya, untuk mendorong multiplier effect terhadap pertumbuhan.
Pemerintah juga terus melakukan mitigasi risiko terkait kebijakan Trump 2.0 dan perluasan pasar ekspor melalui negosiasi tarif dengan Amerika Serikat serta penyelesaian kerja sama EU-CEPA.
“Bergabungnya Indonesia dengan BRICS serta aksesi ke OECD menunjukkan komitmen kita untuk memperkuat posisi di kancah ekonomi global. Ini akan mendukung transformasi ekonomi jangka panjang menuju Indonesia Maju,” pungkas Airlangga.
Selanjutnya: Skype Tutup, Apa yang Harus Dilakukan Pengguna?
Menarik Dibaca: Dividen Astra Otoparts (AUTO) Rp 133 per saham, Potensi Yield 6%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News