Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Keempat sektor tersebut ialah, industri pengolahan, perdagangan, transportasi dan pergudangan, serta informasi dan komunikasi.
Data menunjukan, industri pengolahan menyumbang 0,92 persen terhadap pertumbuhan ekonomi kuartal pertama tahun ini.
Mengekor, sektor perdagangan berkontribusi 0,64 persen, sektor transportasi dan pergudangan juga berkontribusi 0,64 persen, serta informasi dan komunikasi berkontribusi 0,46 persen.
Seluruh sumber pertumbuhan ekonomi berdasarkan lapangan usaha tumbuh positif. Namun, pertumbuhan paling tinggi dicatatkan sektor transportasi dan pergudangan, yakni sebesar 15,93 persen secara tahunan.
Pesatnya pertumbuhan sektor transportasi dan pergudangan terjadi seiring dengan peningkatan mobilitas masyarakat. Tercatat angkutan rel tumbuh 51,09 persen, kemudian angkutan udara tumbuh sebesar 41 persen.
"Tumbuhnya berbagai sektor perekonomian terutama pengolahan dan sektor yang mengandalkan mobilitas seperti transportasi mendorong pertumbuhan ekonomi," tutur Riefky.
Baca Juga: Meski Masih Merah, Saham Sektor Konsumer Diprediksi Positif di Tahun 2023
Pertumbuhan ekonomi tertinggi kedua di G20
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebutkan, realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,03 persen secara tahunan pada kuartal I-2023 menjadi salah satu yang terbaik di dunia.
Bahkan Ia menyebutkan, realisasi pertumbuhan ekonomi RI menjadi yang tertinggi kedua di antara negara-negara dengan perekonomian terbesar yakni G20.
"Pertumbuhan ekonomi kita 5,03 persen itu kan salah satu yang tertinggi atau nomor 2 di antara G20," ujar dia.
Sebagai informasi, sebagian negara anggota G20 memang telah mengumumkan realisasi pertumbuhan ekonomi pada periode tiga bulan pertama tahun ini. Namun, sebagian negara belum merilis data tersebut.
Mengacu kepada data Trading Economics, Indonesia memang menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi paling tinggi di antara negara G20.
Pertumbuhan ekonomi RI mengungguli China dengan pertumbuhan 4,5 persen, Meksiko tumbuh 3,9 persen, Amerika Serikat tumbuh 1,6 persen, Korea Selatan tumbuh 0,8 persen, Singapura tumbuh 0,1 persen, serta Jerman yang justru terkontraksi perekonomiannya sebesar 0,1 persen.
"Jadi di tengah dunia yang pertumbuhan melambat, yang lain belum recover, kita sudah recover duluan," kata Airlangga.
Menurut Airlangga, kuatnya pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari aktivitas masyarakat yang mulai pulih pasca status PPKM dicabut pada akhir tahun lalu.
Selain itu, reformasi struktural yang dilakukan pemerintah dinilai juga telah membuahkan hasil positif, sehingga mendukung pertumbuhan investasi.
"Prospek pertumbuhan ekonomi nasional ke depan tetap kuat," ucap Airlangga.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kinerja Ekonomi Indonesia 3 Bulan Pertama 2023, Ungguli China hingga Nomor 2 Tertinggi di Antara Negara Maju"
Penulis : Rully R. Ramli
Editor : Erlangga Djumena
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News