Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sekedar menyegarkan ingatan kembali, pada tahun lalu, pejabat publik, lembaga internasional, hingga analis ramai-ramai menyampaikan ramalan suram terhadap perekonomian global 2023.
Suramnya ekonomi dunia tersebut diproyeksi bakal berdampak ke perekenomian Indonesia. Namun perekonomian Indonesia masih terjaga hingga tiga bulan pertama 2023.
Hal ini terefleksikan dari perekonomian nasional yang tumbuh positif, bahkan lebih tinggi dari proyeksi berbagai pihak.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, produk domestik bruto (PDB) RI tumbuh 5,03 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada kuartal pertama 2023.
Realisasi ini melampaui prediksi analis yang berada di kisaran 4,8 hingga 4,9 persen. Laju pertumbuhan ekonomi kuartal pertama tahun ini juga lebih tinggi dibanding kuartal terakhir tahun 2022.
Tercatat pada kuartal IV-2022, pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,01 persen secara yoy. Baca juga: Ekonomi Indonesia Kuartal I 2023 Tumbuh 5,03 Persen
Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Moh Edy Mahmud mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih berada dalam tren positif. Tercatat sejak kuaral IV 2021, PDB RI terus tumbuh di kisaran 5 persen secara tahunan.
Baca Juga: Di Tengah Gejolak Global, Begini Strategi BI Jaga Stabilitas Rupiah
"Tren pertumbuhan ekonomi tahunan masih tumbuh pada level 5 persen menandakan ekonomi kita masih stabil," ujar dia, dalam konferensi pers, Jumat (5/5/2023).
Pertumbuhan kuat di tengah ketidakpastian global
Realisasi tersebut menunjukkan, perekonomian nasional masih terjaga di tengah ketidakpastian global. Resiliensi ini dibukukan oleh berbagai sumber pertumbuhan ekonomi.
"Pertumbuhan ekonomi ini lebih didorong dari kondisi ekonomi domestik yang solid," ujar Peneliti Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI, Teuku Riefky.
Jika dilihat berdasarkan sumbernya, pertumbuhan ekonomi masih ditopang oleh konsumsi rumah tangga, dengan kontribusi sebesar 2,44 persen. Pasca dicabutnya status PPKM pada pengujung tahun lalu, konsumsi rumah tangga mencatatkan pertumbuhan sebesar 4,54 persen secara yoy.
"Pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi didorong oleh konsumsi yang kuat," kata Teuku.
Baca Juga: Transaksi QRIS Jalin Melonjak 700% Saat Periode Ramadan hingga Lebaran
Setelah konsumsi rumah tangga, perdagangan internasional menjadi kontributor pertumbuhan ekonomi terbesar kedua, dengan porsi sebesar 1,69 persen.
Kemudian, penanaman modal tetap bruto (PMTB) atau investasi berkontribusi 0,68 persen, dan sumber pertumbuhan ekonomi lainnya berkontribusi 0,22 persen.
Sementara itu, jika dilihat berdasarkan lapangan usahanya, sumber pertumbuhan ekonomi didominasi oleh 4 sektor utama.
Keempat sektor tersebut ialah, industri pengolahan, perdagangan, transportasi dan pergudangan, serta informasi dan komunikasi.
Data menunjukan, industri pengolahan menyumbang 0,92 persen terhadap pertumbuhan ekonomi kuartal pertama tahun ini.
Mengekor, sektor perdagangan berkontribusi 0,64 persen, sektor transportasi dan pergudangan juga berkontribusi 0,64 persen, serta informasi dan komunikasi berkontribusi 0,46 persen.
Seluruh sumber pertumbuhan ekonomi berdasarkan lapangan usaha tumbuh positif. Namun, pertumbuhan paling tinggi dicatatkan sektor transportasi dan pergudangan, yakni sebesar 15,93 persen secara tahunan.
Pesatnya pertumbuhan sektor transportasi dan pergudangan terjadi seiring dengan peningkatan mobilitas masyarakat. Tercatat angkutan rel tumbuh 51,09 persen, kemudian angkutan udara tumbuh sebesar 41 persen.
"Tumbuhnya berbagai sektor perekonomian terutama pengolahan dan sektor yang mengandalkan mobilitas seperti transportasi mendorong pertumbuhan ekonomi," tutur Riefky.
Baca Juga: Meski Masih Merah, Saham Sektor Konsumer Diprediksi Positif di Tahun 2023
Pertumbuhan ekonomi tertinggi kedua di G20
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebutkan, realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,03 persen secara tahunan pada kuartal I-2023 menjadi salah satu yang terbaik di dunia.
Bahkan Ia menyebutkan, realisasi pertumbuhan ekonomi RI menjadi yang tertinggi kedua di antara negara-negara dengan perekonomian terbesar yakni G20.
"Pertumbuhan ekonomi kita 5,03 persen itu kan salah satu yang tertinggi atau nomor 2 di antara G20," ujar dia.
Sebagai informasi, sebagian negara anggota G20 memang telah mengumumkan realisasi pertumbuhan ekonomi pada periode tiga bulan pertama tahun ini. Namun, sebagian negara belum merilis data tersebut.
Mengacu kepada data Trading Economics, Indonesia memang menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi paling tinggi di antara negara G20.
Pertumbuhan ekonomi RI mengungguli China dengan pertumbuhan 4,5 persen, Meksiko tumbuh 3,9 persen, Amerika Serikat tumbuh 1,6 persen, Korea Selatan tumbuh 0,8 persen, Singapura tumbuh 0,1 persen, serta Jerman yang justru terkontraksi perekonomiannya sebesar 0,1 persen.
"Jadi di tengah dunia yang pertumbuhan melambat, yang lain belum recover, kita sudah recover duluan," kata Airlangga.
Menurut Airlangga, kuatnya pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari aktivitas masyarakat yang mulai pulih pasca status PPKM dicabut pada akhir tahun lalu.
Selain itu, reformasi struktural yang dilakukan pemerintah dinilai juga telah membuahkan hasil positif, sehingga mendukung pertumbuhan investasi.
"Prospek pertumbuhan ekonomi nasional ke depan tetap kuat," ucap Airlangga.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kinerja Ekonomi Indonesia 3 Bulan Pertama 2023, Ungguli China hingga Nomor 2 Tertinggi di Antara Negara Maju"
Penulis : Rully R. Ramli
Editor : Erlangga Djumena
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News