Reporter: Grace Olivia | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perlambatan pertumbuhan ekonomi global akan menjadi ganjalan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini. Bahkan ekonomi global diprediksi akan semakin melemah seiring dengan lesunya laju pertumbuhan negara-negara ekonomi raksasa seperti Amerika Serikat (AS) dan China.
Bank Dunia, misalnya, memangkas prediksi pertumbuhan ekonomi global dari sebelumnya 3% menjadi 2,9% di tahun ini. International Monetary Fund (IMF) bahkan sudah dua kali memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global untuk 2019 dari awalnya 3,9% menjadi 3,5%.
Beberapa hari lalu, Managing Director IMF Christine Lagarde menyiratkan bakal kembali memangkas proyeksi pertumbuhan tersebut pada agenda pertemuan semi-tahunan IMF dan Bank Dunia di Washington pekan depan.
Bagaimana dengan Indonesia? Berbagai lembaga internasional juga mematok prediksinya masing-masing terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, baik secara optimistis maupun sebaliknya.
Berikut proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menurut lembaga-lembaga internasional
- Bank Dunia: 5,2%
- International Monetary Fund (IMF): 5,1%
- Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD): 5,2%
- Fitch Ratings: 5%
- Moody's Investor Services: <5%
- Standard & Poor's (S&P): 5%
- Asian Development Bank: 5,2%
- Standard Chartered: 5,1%
- Development Bank of Singapore (DBS): 5,2%
Melalui asumsi makro dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019, pemerintah Indonesia menargetkan pertumbuhan ekonomi 5,3%. Sementara, Bank Indonesia memproyeksi pertumbuhan ekonomi dalam negeri akan berada di kisaran 5,1% hingga 5,4%.
Tak seyakin itu, Bank Dunia meramal pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini masih akan tertahan di level 5,2%. Begitu juga dengan IMF dalam laporan World Economic Outlook Oktober 2018 lalu memprediksi secara spesifik, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini hanya akan mencapai 5,1%.
Hal ini tak lepas dari pengaruh awan mendung yang menyelimuti perekonomian global serta aktivitas perdagangan dan manufaktur internasional yang melesu.
Lembaga pemeringkat internasional Moody's Investor Service bahkan memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia mungkin turun ke bawah 5% seiring dengan laju pembangunan infrastruktur yang melambat tahun ini.
Meski begitu, Moody's melihat pertumbuhan Indonesia masih lebih kuat dibandingkan dengan rata-rata negara yang sama-sama mendapatkan peringkat Baa2 atau prospek stabil dari Moody’s.
Sementara, Fitch Ratings memangkas proyeksi laju ekonomi Indonesia dari 5,1% menjadi 5%. Meski masih meningkat, Fitch menilai peningkatan daya beli dan konsumsi domestik mengalami perlambatan sejak kuartal-III 2018 lalu.
Selain itu, kondisi nilai tukar rupiah rentan diperkirakan akan terus terjadi apabila kepemilikan asing terhadap obligasi pemerintah masih tinggi, defisit transaksi berjalan alias current account deficit (CAD) terus melebar dan cadangan devisa masih terus tergerus.
Adapun, beberapa lembaga asing lainnya tampak lebih optimistis, seperti Development Bank of Singapore (DBS) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2019 di kisaran 5,2%.
DBS menilai proyek pembangunan infrastruktur pemerintah menjadi pendorongnya. Selain itu, upaya kepatuhan pajak yang meningkat mempengaruhi pendapatan yang dibelanjakan, sehingga pertumbuhan konsumsi cukup kuat serta didukung tingkat inflasi yang stabil.
Meski merevisi turun perkiraan ekonomi global dari sebelumnya 3,6% menjadi 3,3%, Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) meyakini pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa tetap bertahan sebesar 5,2%.
Menurut OECD, perekonomian Indonesia didukung oleh pertumbuhan pendapatan yang kuat yang berdampak pada konsumsi swasta yang tinggi, serta proyek infrastruktur yang sedang berlangsung terus mendukung investasi.
"Dampak kondisi keuangan yang mengetat sudah lebih ringan sampai saat ini dan kondisi pasar keuangan telah membaik sejak akhir 2018, meski permintaan eksternal yang melambat di Asia akan menurunkan pertumbuhan ekspor," tulis OECD dalam laporan interim, Maret lalu.
Terbaru, Asian Development Bank (ADB) juga memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia berada pada level 5,2% di 2019. Di tengah kondisi perlambatan global, Indonesia diyakini masih dapat mengimbangi lantaran permintaan domestik Indonesia yang kuat dan kinerja investasi yang membaik.
Investasi yang kuat didorong terutama oleh proyek infrastruktur publik di bidang transportasi dan energi. Pertumbuhan sektor industri terakselerasi seiring meningkatnya keluaran (output) dari pertambangan, dan ekspor seperti pakaian jadi dan alas kaki yang juga menguat.
Sementara itu, permintaan domestik diyakini akan akan tetap kuat dalam jangka pendek karena meningkatnya lapangan kerja di sektor formal dan diperluasnya program bantuan sosial pemerintah. Terlebih pada paruh pertama 2019, konsumsi mendapat dorongan tambahan dari pengeluaran menjelang pemilu nasional pada April ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News