kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Waspadai efek pelemahan rupiah ke utang luar negeri


Kamis, 17 Mei 2018 / 06:17 WIB
Waspadai efek pelemahan rupiah ke utang luar negeri
ILUSTRASI. Uang dollar AS


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Total Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada triwulan I-2018 tercatat mencapai sebesar US$ 358,7 miliar atau tumbuh 8,7% year on year (yoy). Meski jumlah utang naik dalam setahun terakhir, namun indikator kesehatan utang masih baik. Kemampuan membayar utang juga terlihat semakin bagus.

Hal itu terlihat dari Rasio Pembayaran Utang (Debt Service Ratio/DSR) dan Rasio Utang terhadap Ekspor (Debt to Export Ratio /DER) yang menurun signifikan secara tahunan. DSR Tier 1 menurun jadi 25,67% pada kuartal I-2018 dibandingkan 33,15% pada periode sama tahun sebelumnya. Pun demikian pada DSR Tier 2 berkurang dari 59,42% menjadi 52,37% dan DER menurun jadi 166,58% dari sebelumnya 173,48%.

Penurunan DSR Tier 1 menandakan mengecilnya rasio pembayaran pokok dan bunga terhadap transaksi berjalan. Sedangkan penyusutan DSR Tier 2 berarti turunnya pembayaran pokok dan bunga atas utang dalam rangka investasi langsung selain dari anak perusahaan di luar negeri, serta pinjaman dan utang dagang kepada non-afiliasi.

Ekonom Institute for Development Economic and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira menganalisa, perbaikan DSR Tier 1 karena kenaikan harga komoditas. Sedangkan pada DSR Tier 2 karena realisasi investasi meningkat.

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi investasi kuartal I-2018 sebesar Rp 185,3 triliun. Jumlah itu meningkat 11,8% dibanding kuartal yang sama tahun sebelumnya Rp 165,8 triliun. "Tapi sekarang harus waspada, jika rupiah terus loyo akan pengaruh ke DSR," katanya, Rabu (16/5).

Apalagi, DSR yang baik menurut Internasional Moneter Fund (IMF) adalah di bawah 25%. Pemerintah harus terus mendorong kinerja ekspor agar DSR membaik. Namun ini tak mudah, karena ekspor malah tertekan akibat perang dagang AS dan China.

Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistyaningsih menambahkan, perbaikan rasio kesehatan utang Indonesia juga didorong penurunan kupon surat utang sejak tahun lalu. Hal itu berlangsung sejak Standard & Poor's menyematkan label investment grade surat utang Indonesia pada Mei 2017. "Dari sisi pembayaran bunga, kupon turun terus. Bisa jadi ini membantu," jelas Lana.

Kementerian Keuangan (Kemkeu) mencatat, kupon obligasi negara semakin kecil sejak tahun lalu. Surat utang negara (SUN) tenor 10 tahun hanya berkupon 4,150%. Pada tahun 2016, SUN tenor 10 tahun berkupon 4,550%.

Namun seiring tekanan dari pasar global, pemerintah harus waspada dengan utang luar negeri. Apalagi, risiko surat utang Indonesia yang diukur melalui Credit Default Swamp (CDS) cukup tinggi sebesar 120,52 pada Mei 2018, Malaysia hanya 86,46 dan Thailand 45,26.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×