kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Utang luar negeri swasta lemah, Ekonom: Ada kekhawatiran risiko pelemahan rupiah


Selasa, 15 Mei 2018 / 21:27 WIB
Utang luar negeri swasta lemah, Ekonom: Ada kekhawatiran risiko pelemahan rupiah
ILUSTRASI. Uang rupiah


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mencatat, Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada triwulan I 2018 tercatat sebesar US$ 358,7 miliar atau tumbuh sebesar 8,7% yoy. Pertumbuhannya tercatat melambat dibandingkan triwulan I 2017 yang sebesar 10,4% yoy.

Dalam laporannya, BI menyatakan bahwa perlambatan pertumbuhan ULN tersebut disebabkan oleh ULN sektor pemerintah dan sektor swasta yang tumbuh lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Ekonom Indef Bhima Yudhistira mengatakan, pertumbuhan ULN itu mengalami anomali di mana growth ULN swasta dibanding Februari justru turun -0,45% (mtm). Sementara ULN sektor publiknya terus mengalami kenaikan meskipun hanya sebesar 1,8% (mtm).

Kondisi ini, menurutnya, mengindikasikan bahwa sektor swasta memang sedang mengerem ekspansi. “Faktor utamanya karena ada kekhawatiran pelemahan nilai tukar rupiah mengakibatkan resiko gagal bayar naik,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (15/5).

Ia melanjutkan, kondisi sektor riil sendiri masih dalam tahap pemulihan yang lambat. Hal ini dibuktikan dari pertumbuhan PDB yang hanya 5,06% dan konsumsi rumah tangga yang sebesar 4,95%. Angka ini di bawah ekspektasi karena stagnan.

“Swasta berpikir biaya produksi pasti naik karena kebutuhan bahan baku impor menjadi mahal, daya beli masyarakat masih lambat. Jadi buat apa menambah penerbitan utang valas baru? Lebih baik restrukturisasi utang lama dengan memperpanjang tenor jatuh tempo,” jelasnya.

Ekonom Bank Central Asia, David Sumual mengatakan, selain karena risiko dari pelemahan nilai tukar rupiah, ada pula faktor musiman dari turunnya ULN swasta.

“Kuartal I biasanya memang cenderung rendah. Hal ini terjadi pasca-harga komoditas turun. Tahun ini di kuartal I memang lemah, investasi juga masih lemah, pertumbuhan kreditnya lemah,” kata dia.

Berdasarkan catatan BI, ULN swasta tumbuh melambat terutama dipengaruhi oleh ULN sektor industri pengolahan dan sektor pengadaan listrik, gas, dan uap/air panas (LGA).

Secara tahunan, pertumbuhan ULN sektor industri pengolahan dan sektor LGA pada triwulan I 2018 masing-masing tercatat sebesar 4,4% dan 19,3%, lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya.

Sementara itu, pertumbuhan ULN sektor pertambangan meningkat dan pertumbuhan ULN sektor keuangan relatif stabil dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya.

Pangsa ULN keempat sektor tersebut terhadap total ULN swasta mencapai 72,2%, relatif sama dengan pangsa pada triwulan sebelumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×