Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mencatat, Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada triwulan I 2018 tercatat sebesar US$ 358,7 miliar atau tumbuh sebesar 8,7% yoy. Pertumbuhannya tercatat melambat dibandingkan triwulan I 2017 yang sebesar 10,4% yoy.
Selain itu, dalam laporan BI juga menunjukkan bahwa Rasio Pembayaran Utang (Debt Service Ratio/DSR) dan Rasio Utang terhadap Ekspor (Debt to Export Ratio/DER) menurun signifikan secara tahunan.
Di sisi DSR, pada DSR Tier 1 persentasenya menurun jadi 25,67% pada kuartal I-2018 dibandingkan dengan 33,15% pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Sementara itu, dari sisi DER, persentasenya menurun jadi 166,58% pada kuartal I-2018 dibandingkan dengan 173,48% pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Ekonom Samuel Asset Management Lana Soelistianingsih mengatakan, penurunan DSR dan DER itu menandakan perbaikan. Di sisi DSR Tier 1, penurunan yang terjadi artinya mengecilnya rasio pembayaran pokok dan bunga terhadap transaksi berjalan.
“Kalau transaksi berjalan menurun, akan ada perbaikan di DSR Tier 1. Bisa dilihat bahwa kita ada penurunan di transaksi berjalan di mana defisitnya terus turun,” kata Lana kepada KONTAN, Rabu (16/5).
BI mencatat, defisit transaksi berjalan pada kuartal I-2018 sebesar US$ 5,5 miliar atau (2,1% PDB) pada triwulan I 2018, lebih rendah dari defisit pada triwulan sebelumnya yang mencapai US$ 6,0 miliar (2,3% PDB).
Di DSR Tier 2 juga demikian. Pada kuartal I-2018, persentasenya turun dari 59,42% pada periode yang sama tahun lalu menjadi 52,37%. Hal ini menandakan turunnya pembayaran pokok dan bunga atas utang dalam rangka investasi langsung selain dari anak perusahaan di luar negeri, serta pinjaman dan utang dagang kepada non-afiliasi.
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat, realisasi investasi kuartal pertama 2018 sebesar Rp 185,3 triliun, atau meningkat 11,8% dibanding kuartal yang sama tahun sebelumnya Rp 165,8 triliun.
Selanjutnya, dari sisi DER, Lana mengatakan bahwa penurunan persentase yang terjadi terlihat lebih karena turunnya pembayaran bunga. Penyebabnya bisa dilihat dari kupon utang yang turun terus sejak 2017 sampai sekarang.
“Dari sisi pembayaran bunga, 2017 sampai sekarang kupon turun terus. Bisa jadi ini membantu. Jadi, di pembayaran bunga utang lebih kecil dari kenaikan ekspor,” jelasnya.
“DER memang biasanya 150%, tapi tidak mengikat ketentuan ini. Tapi DER yang melambat ini artinya ada perbaikan ekspor,” lanjutnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada kuartal I-2018 nilai ekspor sebesar US$ 14,47 miliar. Angka itu tumbuh sebesar 9,01% secara tahunan. Sementara, secara bulanan turun 7,19%.
“Ketiganya mengalami perbaikan. Jika semakin besar, maka beban utang luar negeri semakin berat,” jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News