Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mencatat, Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada triwulan I 2018 tercatat sebesar US$ 358,7 miliar atau tumbuh sebesar 8,7% yoy. Pertumbuhannya tercatat melambat dibandingkan triwulan I 2017 yang sebesar 10,4% yoy.
Dalam laporannya, BI menyatakan bahwa perlambatan pertumbuhan ULN tersebut disebabkan oleh ULN sektor pemerintah dan sektor swasta yang tumbuh lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Untuk ULN pemerintah dan BI, tercatat penurunan dari US$ 166.312 juta pada triwulan I 2017 menjadi US$ 184.685 juta pada triwulan I tahun ini.
Ekonom Bank Central Asia, David Sumual mengatakan, terjadinya penurunan di sisi ULN pemerintah dan BI disebabkan oleh adanya ketidakpastian dari nilai tukar rupiah.
“SBN mungkin terkendala ketidakpastian dari rupiah, tapi saya rasa sebentar lagi akan terbentuk ekuilibrium baru,” ujar David kepada Kontan.co.id, Selasa (15/5)
Namun demikian, hal ini tergantung pada bank sentral Amerika Serikat atau The Fed. “Apakah akan naikkan suku bunga empat kali? Kalau tiga kali seperti awal, mungkin akan berbalik keadaannya,” ucapnya.
Ekonom Indef Bhima Yudhistira sependapat, problem utama dari melemahnya ULN pemerintah dan BI adalah kenaikan yield Treasury 10 tahun di AS yang terus mengalami kenaikan.
Dengan demikian, investor berpikir rasional untuk mengurangi pembelian SBN dengan alasan kupon SBN kurang menarik. “Ini tercermin dari penjualan SBN beberapa seri terakhir yang kurang laris,” ujarnya.
Implikasi dari perlambatan ULN ini menurut Bhima bakal membuat kebutuhan pembiayaan tahun ini terancam tidak mencapai target.
Akibatnya, pemerintah harus putar strategi untuk menutup pembiayaan antara lain gunakan SILPA dari serapan belanja yang ditahan. “Tentunya ini akan berpengaruh juga ke defisit anggaran,” kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News