kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.764.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.505   -25,00   -0,15%
  • IDX 6.258   -123,50   -1,94%
  • KOMPAS100 886   -22,04   -2,43%
  • LQ45 692   -18,18   -2,56%
  • ISSI 198   -4,07   -2,02%
  • IDX30 362   -8,54   -2,31%
  • IDXHIDIV20 438   -7,77   -1,74%
  • IDX80 100   -2,74   -2,66%
  • IDXV30 107   -0,87   -0,81%
  • IDXQ30 119   -2,62   -2,16%

Waspada Kinerja Ekspor Bisa Merosot Bila Trump Kenakan Tarif Timbal Balik ke RI


Minggu, 16 Februari 2025 / 13:04 WIB
Waspada Kinerja Ekspor Bisa Merosot Bila Trump Kenakan Tarif Timbal Balik ke RI
ILUSTRASI. Pemerintah Indonesia nampaknya harus waspada dengan kebijakan perdagangan baru Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang disebut reciprocal tariff atau tarif timbal balik.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pemerintah Indonesia nampaknya harus waspada dengan kebijakan perdagangan baru Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang disebut reciprocal tariff atau tarif timbal balik.

Mengutip dari Reuters, Trump dikabarkan telah menugaskan tim ekonominya untuk merancang rencana tarif timbal balik kepada setiap negara yang mengenakan pajak atas impor AS, yang meningkatkan risiko perang dagang global dengan kawan dan lawan AS.

Ekonom Center of Reform on Economic atau CORE Indonesia Yusuf Rendy Manilet menilai, kebijakan tarif timbal balik Trump bisa mengganggu kinerja ekspor Indonesia ke depan.

Pasalnya, bila AS mengenakan tarif ekspor pada produk  seperti tekstil dan produk turunannya yang memang sudah relatif menurun, maka tekanan terhadap ekspor produk tekstil turunannya akan lebih besar dibandingkan sebelumnya. Sebagaimana diketahui, AS merupakan pangsa utama ekspor tekstil dari Indonesia.

“Saya memperkirakan pertumbuhan ekspor di tahun ini akan berada di Kisaran 6% atau sedikit melambat dibandingkan capaian pertumbuhan ekspor di tahun lalu yang mencapai 6,5%,” tutur Yusuf kepada Kontan, Minggu (16/2).

Baca Juga: Trump: Tarif Timbal Balik AS Akan Disesuaikan dengan Tarif Negara Lain

Meski begitu, Yusuf melihat Indonesia masih mempunyai peluang besar untuk menjaga kinerja ekspornya, dengan syarat permintaan dari  India, China dan Jepang masih positif.  Yusuf memperkirakan, permintaan barang dari Jepang masih akan tumbuh tahun ini sebesar 1,1% relatif lebih baik dibandingkan tahun lalu. Sementara India juga diprediksikan masih bisa tumbuh di level 6,5%.

Meski demikian, pemerintah diimbau tetap waspada dan menyiapkan antisipasi dari setiap kebijakan perdagangan AS. Sebab tak bisa dipungkiri setiap kebijakan AS akan berdampak terhadap perekonomian global.

“Juga meninjau dampaknya yang akan mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung perekonomian negara-negara energi market termasuk di dalamnya Indonesia,” kata Yusuf.

Sejalan dengan itu, pemerintah juga bisa terus mencari mencari pangsa pasar alternatif, misalnya dengan BRICS (Brazil, Russia, India, China, and South Africa) sebagai alat untuk meningkatkan kinerja ekspor.

Baca Juga: Wall Street Menguat Pasca Trump Umumkan Rencana Tarif Timbal Balik

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU

[X]
×