Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, pertumbuhan utang luar negeri (ULN) Indonesia cenderung mengalami perlambatan baik ULN pemerintah maupun ULN swasta.
Bank Indonesia (BI) mencatat, ULN pemerintah pada November 2022 tercatat sebesar US$ 181,6 miliar, naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar US$ 179,7 miliar. Namun secara tahunan, ULN pemerintah pada November 2022 tersebut turun 10,2% secara tahunan atau year on year (yoy).
Josua bilang, penurunan ULN pemerintah tersebut dipengaruhi oleh penurunan kepemilikan investor asing terhadap Surat Berharga Negara (SBN) di tengah sentimen risk-off di pasar keuangan global.
Baca Juga: Ekonom: Cadangan Devisa Indonesia Masih Ditopang Hot Money
Selain itu, penerbitan SBN valas pada tahun 2022 juga cenderung terbatas mengingat pemerintah mencermati risiko nilai tukar yang meningkat serta mempertimbangkan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022 yang cenderung rendah sehingga berimplikasi pada penurunan pembiayaan APBN.
BI juga mencatat posisi utang luar negeri swasta pada November 2022 tercatat sebesar US$ 202,5 miliar. Secara tahunan, ULN swasta terkontraksi 0,9%, melanjutkan kontraksi pada bulan sebelumnya yang sebesar 3,0% yoy.
Dari sisi ULN swasta, Josua mengatakan, korporasi juga mempertimbangkan tren kenaikan suku bunga bank sentral global mengikuti kenaikan suku bunga The Fed yang mendorong kenaikan suku bunga perbankan di luar negeri.
"Di tengah tren pemulihan ekonomi domestik, korporasi swasta cenderung mendapatkan pembiayaan dari perbankan domestik mempertimbangkan transmisi suku bunga BI terhadap suku bunga perbankan yang masih terbatas," ujar Josua kepada Kontan.co.id , Selasa (17/1).
Baca Juga: Utang Luar Negeri Indonesia Naik Menjadi US$ 392,6 Miliar pada November 2022
Menurut Josua, dengan perlambatan ULN Indonesia tersebut, berimplikasi pada tren penurunan Debt Service Ratio serta penurunan rasio ULN terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yang cenderung mengindikasikan bahwa kondisi keseimbangan eksternal serta pengelolaan ULN yang terkendali sehingga mengurangi eksposur Indonesia dari volatilitas nilai tukar Rupiah.
"Dengan demikian, defisit APBN cenderung akan semakin produktif yang selanjutnya akan mendorong terjaganya momentum pemulihan ekonomi domestik," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News