Reporter: Siti Masitoh | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memulai pemanfaatan obligasi PT Sarana Multigriya Finansial sebagai underlying dalam transaksi repo, sebagai pendalaman pasar keuangan sekaligus penguatan ekosistem pembiayaan perumahan nasional.
Pada transaksi perdana 10 November 2025, BI menyerap repo senilai Rp 290 miliar dari sembilan bank dengan tenor satu minggu.
Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara menyebut langkah ini sebagai sejarah penting dalam sistem keuangan Indonesia. Untuk pertama kalinya, BI menerima surat berharga korporasi sebagai underlying repo, dan obligasi SMF menjadi instrumen korporasi pertama yang memenuhi syarat tersebut.
Baca Juga: BI Terima Repo Obligasi PT SMF Rp 290 Miliar, Dorong Sektor Perumahan
“Ini sejarah bukan hanya untuk Bank Indonesia, tetapi untuk Republik kita. Untuk pertama kalinya, BI dapat menerima repo yang underlying-nya surat berharga korporasi. Dan yang pertama kali digunakan adalah obligasi SMF,” ujar Suahasil dalam agenda Pengenalan Surat Utang SMF sebagai Underlying Transaksi REPO Bank Indonesia, Kamis (20/11/2025).
Suahasil menyampaikan apresiasi kepada BI dan SMF yang telah bekerja sesuai kerangka regulasi Undang-Undang Bank Indonesia dan UU P2SK sehingga transaksi perdana senilai Rp 290 miliar dapat direalisasikan. Menurutnya, ini menandai era baru dalam pengelolaan moneter dan pasar obligasi nasional, karena kini obligasi korporasi dapat direpokan ke BI sebagai sumber likuiditas.
Lebih jauh, ia menekankan bahwa penerimaan obligasi SMF sebagai underlying repo bukan hanya penting dari sisi kebijakan moneter, tetapi juga membawa manfaat langsung bagi sektor perumahan sektor yang menurutnya memiliki multiplier ekonomi yang besar dan membawa kebahagiaan bagi banyak pihak.
“Sektor perumahan ini Kalau buat saya adalah sektor yang sangat penting untuk pembangunan ekonomi kita Karena sektor ini adalah sektor yang bikin semua orang happy kenapa? Siapa saja yang senang kalau bangun rumah itu, maka yang punya rumah itu senang,” ungkapnya.
Selain itu, pembangunan perumahan juga menggerakkan berbagai rantai industri, mulai dari developer mendapat proyek, supplier material mulai dari pasir, bata, cat, hingga kayu memperoleh permintaan, dan perbankan mendapatkan kesempatan menyalurkan kredit perumahan.
Dari sisi fiskal, APBN juga mendapat manfaat melalui penyaluran Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) yang membantu masyarakat berpenghasilan rendah memiliki rumah.
“Negara senang karena likuiditas yang disalurkan lewat FLPP itu akhirnya menyenangkan rakyat, developer, bank, dan supplier. Seluruh ekosistem perumahan ikut bergerak,” jelasnya.
Ia menambahkan, dengan masuknya obligasi SMF sebagai instrumen repo BI, juga menjadi bagian ekosistem yang turut diuntungkan karena dapat menggunakan instrumen berbasis sektor perumahan untuk operasi moneternya.
Bagi perbankan, pegangan obligasi SMF kini menjadi lebih menarik karena selain memberikan imbal hasil, surat berharga tersebut bisa direpokan ke BI jika membutuhkan likuiditas.
“Perbankan juga semestinya senang, karena memegang surat berharga SMF berarti likuiditas mereka terjaga. Bahkan jika membutuhkan likuiditas, surat berharga tersebut dapat direpokan kembali ke BI,” tandasnya.
Baca Juga: Menteri Purbaya Ungkap Alasan Kompensasi Energi Dibayar 70% Tiap Bulan
Selanjutnya: Ini Dia Daftar Game dan Aplikasi Terbaik di Tahun 2025 Pilihan Google Play
Menarik Dibaca: 3 Pilihan Ombre Lipstik Hanasui yang Viral di TikTok, Bantu Sempurnakan Tampilan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













