Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah Indonesia bisa saja membatalkan pembelian 313 pesawat komersial dari Prancis untuk menggertak Uni Eropa yang mendiskriminasi kelapa sawit Indonesia.
Untuk itu, Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) meminta pemerintah Indonesia menggertak Uni Eropa terhadap perang dagang yang mereka kobarkan atas minyak kelapa sawit Indonesia.
Baca Juga: Hipmi: Kenaikan PTKP berdampak negatif terhadap penerimaan negara
Hipmi mendesak agar pemerintah Indonesia membatalkan rencana pembelian 313 pesawat komersial Airbus dari Prancis.
Hipmi menilai upaya pemerintah Indonesia melayangkan gugatan terhadap Uni Eropa (UE) ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) mengenai kebijakan Renewable Energy Directive (RED) II dan Delegated Regulation yang dikeluarkan UE pada pekan ini melawan Uni Eropa tidaklah cukup.
“Kita usul gertak saja dengan menghentikan pesanan sebanyak 313 Airbus yang kita pesan ke Prancis,” ujar Ketua Umum BPP Hipmi Mardani H. Maming dalam keterangan tertulis, Rabu (18/12).
Baca Juga: Ketum HIPMI: Tugas berat Kepala BKPM Bahlil kalahkan investasi Vietnam
Menurut Mardani, Hipmi melihat, dari pesanan pesawat Airbus yang sebanyak 313 unit, pesanan Citilink sebanyak 25 unit, Garuda 58 unit, dan Lion Air sebanyak 230 unit.
Mardani berpendapat, Indonesia telah memesan banyak pesawat Airbus, tetapi Prancis tak berbuat sesuatu untuk menyelesaikan masalah diskriminasi CPO di Eropa.
Baca Juga: Valuasi murah, berikut rekomendasi analis untuk saham perusahaan Grup Astra
Padahal, menurut Hipmi, Prancis berpengaruh besar di parlemen Eropa mengingat Prancis memiliki kursi terbanyak.
Hipmi menilai, kontribusi pembelian pesawat Indonesia sangat besar dibandingkan ekspor sawit Indonesia ke Eropa. Hipmi memperkirakan pembelian pesawat ke Airbus mencapai US$ 42,8 miliar atau sebesar Rp 599 triliun.
Baca Juga: Cermati rekomendasi analis untuk saham perusahaan Grup Astra
“Tidak sebanding dengan kontribusi devisa kita ke dia. Meskipun itu realisasinya bertahap,” ujar Mardani.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News