Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Calon Presiden Ganjar Pranowo mengemukakan gagasannya yang dianggapnya sebagai solusi, yaitu mewujudkan konsep "Satu Keluarga Miskin, Satu Sarjana. "Langkah ini merupakan bagian dari tekadnya untuk mengatasi permasalahan kemiskinan di Indonesia, seandainya ia terpilih sebagai Presiden Indonesia pada tahun 2024.
Gagasan ini menekankan pentingnya akses pendidikan yang merata dan tanpa diskriminasi, terutama bagi mereka yang berada dalam kategori tidak mampu.
“Kalau satu keluarga miskin, satu sarjana kita programkan apa yang terjadi? Dia akan menjadi penolong upah tulang punggung kekuarganya,” ujar Ganjar ketika mengisi kuliah umum di Universitas Kristen Maranatha, Bandung, Jawa Barat pada Rabu (11/10/2023) lalu.
Baca Juga: Menanti Efek Visi Misi Capres dan Cawapres ke Emiten Bursa
Menurut pandangannya, memberikan akses pendidikan yang layak kepada anak-anak dari keluarga yang kurang mampu dapat membuka peluang besar untuk mengubah nasib keluarganya.
"Saat ini, banyak Bupati dan Wali Kota yang menjamin akses pendidikan gratis, setidaknya bagi mereka yang tidak mampu," ucap Ganjar.
Mantan Gubernur Jawa Tengah dua Periode itu menuturkan, jika para Kepala Daerah memberikan perhatian lebih kepada akses pendidikan yang merata, terutama kepada bagi yang kurang mampu, penanggulangan akan kemiskinan akan terwujud tanpa terkecuali.
Direktur Eksekutif Aljabar Strategic, Arifki Chaniago menyatakan bahwa program "Satu Keluarga Miskin, Satu Sarjana" dapat diimplementasikan secara nasional, meskipun harus disesuaikan dengan karakteristik masing-masing daerah yang berbeda.
Menurut Arifki, membuka banyak lapangan pekerjaan sangat penting karena saat ini sulit sekali mencari pekerjaan di Indonesia. Dia menyoroti betapa pentingnya kita meningkatkan kemampuan kerja dan juga belajar tanpa harus melalui pendidikan formal.
Baca Juga: Inilah Nomor Urut Capres 2024 dan Perbandingan Harta Kekayaan, Prabowo Paling Tajir
Arifki berpendapat bahwa jika masyarakat bisa mendapatkan pendidikan tinggi, seperti sarjana, mereka memiliki potensi besar untuk menciptakan peluang pekerjaan baru. "Tidak juga, tapi lebih kepada produktiftas sebagai profesional," ucap Arifki pada kamis (12/10/2023).
Di sisi lain, Ganjar menegaskan bahwa peningkatan kualitas pendidikan adalah salah satu kunci dalam memerangi kemiskinan. Dia memaparkan visinya untuk menjadikan Indonesia sebagai negara maju, meyakini bahwa pemberantasan kemiskinan dapat membawa Indonesia ke arah kemajuan.
Ganjar, sebagai contoh hidupnya sendiri, mengatakan bahwa pendidikan adalah faktor kunci kesuksesannya. Meskipun berasal dari keluarga sederhana, melalui pendidikan, ia berhasil mencapai posisinya saat ini.
Selama kepemimpinannya di Jawa Tengah, ia berhasil mengimplementasikan program sekolah SMKN Gratis, membantu mengatasi kemiskinan dengan memberikan akses pendidikan penuh kepada anak-anak dari keluarga tidak mampu, dengan tingkat kelulusan 100 persen dan tanpa pengangguran.
Ganjar, jika terpilih sebagai presiden pada tahun 2024, optimis bahwa ia dapat mewujudkan rencana tersebut, namun membutuhkan dukungan pemerintahan yang saling mendukung.
Baca Juga: Ganjar Pranowo: Nomor 3 Itu Pas, Sesuai dengan Sila Ketiga Persatuan Indonesia
Optimalisasi anggaran negara menjadi kunci utama, terutama untuk sektor pendidikan, kesehatan, infrastruktur, dan bidang lainnya yang dapat mendukung kelancaran semua aspek pembangunan.
Jika hal ini terealisasikan, diharapkan akan membantu memaksimalkan seluruh sektor tersebut, menuju Indonesia Emas 2045 dan menjadi negara maju.
Apa itu Indonesia Emas 2045?
Indonesia akan mengalami usia keemasannya pada tahun 2045. Saat itu, Indonesia akan berusia 100 tahun atau satu abad. Saat itu cita-cita Indonesia adalah menjadi negara maju setara negara adidaya.
Baca Juga: Anies-Muhaimin Mendapatkan Nomor Urut 1, Pendukung di KPU: Pilihlah Amin
Momentum sejarah ini hanya tinggal sekitar seperempat abad lagi. Namun untuk mencapai hal tersebut diperlukan persiapan yang matang terlebih dahulu. Sumber daya manusia Indonesia harus unggul, bermutu dan bermutu.
Muhadjir Effendy selaku Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) menyebut, generasi yang nantinya mewujudkan Indonesia Emas adalah generasi muda yang khususnya sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi.
Dijelaskannya, mereka yang sedang menempuh pendidikan sarjana dan pascasarjana saat ini berusia sekitar 20 tahun. Ketika Indonesia menginjak usia 100 tahun yakni pada tahun 2045, mereka menginjak usia sekitar 40 tahun ke atas yang merupakan usia ketika puncak karir profesional.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News