Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Untuk menjadi negara maju pada 2045, Indonesia dinilai tidak bisa bergantung pada sektor komoditas.
Tim Asistensi Menko Bidang Perekonomian sekaligus Ekonom Senior Raden Pardede mengungkapkan, bila dibandingkan dengan Malaysia, Vietnam, China dan lainnya, merupakan negara yang tidak bergantung pada komoditas.
“Bahwa kita tidak bisa bergantung pada komoditas, kita harus ke sektor manufaktur atau jasa,” tutur Raden dalam Forum Diskusi Capaian Satu Tahun Kinerja Kabinet Merah Putih di Bidang Perekonomian, Senin (20/10/2025).
Baca Juga: Target Jadi Negara Maju, Airlangga Minta KEK Tingkatkan Kontribusi Sektor Pengolahan
Dalam catatannya, pendapatan nasional bruto (GNI) per kapita Indonesia atau Compound Annual Growth Rate (CAGR) periode 2015-2025 mencapai 3,8%, lebih rendah dari Vietnam, China, dan India masing-masing mencapai 6,2%, 5,4%, dan 5,3%.
Sementara itu, CAGR Indonesia lebih tinggi dari Malaysia, Filipina, dan Thailand, masing-masing sebesar 1,2%, 3,1% dan 2,5%.
“Dibandingkan negara lain memang kita bukan paling di bawah, tetapi kita harus bekerja lebih kerja keras lagi,” ungkapnya.
Dalam kesempatan yang sama, Chief Economist The Indonesia Economic Intelligence (IEI), Sunarsip menambahkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 5%-an rata-rata dipengaruhi ekspor komoditas.
Baca Juga: Kejar Pertumbuhan Ekonomi 8%, Menkeu Optimistis Indonesia Naik Kelas Jadi Negara Maju
“Jadi kita masih belum mampu, belum cukup kuat membangun competitiveness di bidang ekspor yang non-komoditas,” ungkapnya.
Meski ada komoditas manufaktur, namun menurutnya, levelnya masih hirilisasi di tahap pertama.
Selanjutnya: Pemerintah Targetkan Ujicoba Sistem MLFF di Jabodetabek
Menarik Dibaca: Saham-saham Bank Melejit Menopang IHSG, Ada Apa?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News