kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.886.000   2.000   0,11%
  • USD/IDR 16.672   -62,00   -0,37%
  • IDX 6.947   114,13   1,67%
  • KOMPAS100 1.007   19,71   2,00%
  • LQ45 783   17,30   2,26%
  • ISSI 220   2,10   0,96%
  • IDX30 406   8,94   2,25%
  • IDXHIDIV20 479   11,49   2,46%
  • IDX80 114   2,06   1,85%
  • IDXV30 116   1,80   1,58%
  • IDXQ30 133   3,32   2,57%

Terkait BBM, pemerintah ingin masyarakat belajar


Selasa, 13 Januari 2015 / 13:05 WIB
Terkait BBM, pemerintah ingin masyarakat belajar
ILUSTRASI. Talenan bisa menjadi tempat hidup banyak bakteri, maka Anda perlu mengetahui cara tepat mencuci talenen dengan tepat


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Pemerintah berketetapan untuk melepaskan premium mengikuti harga pasar minyak dunia. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Sofyan Djalil menuturkan hal tersebut dilakukan untuk membiasakan masyarakat, dan mengedukasi masyarakat untuk berhemat dalam mengkonsumsi bahan bakar minyak (BBM).

"Tidak ada baseline (untuk intervensi). Pokoknya premium kita lepaskan, supaya masyarakat terbiasa. Kalaupun harga rendah kita harapkan masyarakat tetap menghemat. Energi adalah barang langka, oleh sebab itu kita imbau masyarakat menghemat," kata dia, Senin (12/1).

Sofyan yakin masyarakat Indonesia yang memiliki pendapatan per kapita lebih tinggi dibanding Timor Leste bisa membeli BBM dengan harga pasar. Sebab, masyarakat di Timor Leste pun juga sudah terbiasa dengan hal itu.

"Ketika kita bayar (beli) BBM dengan harga Rp 6.500 per liter, mereka (orang Timor Leste) biasa membayar Rp 14.000 per liter, bahkan bisa sampai Rp 20.000 per liter. Pendapatan kita padahal lebih baik," ucap Sofyan.

Meski sejumlah pengamat memperkirakan harga minyak dunia masih dalam tren penurunan, namun bukan tidak mungkin harganya kembali meroket. Sofyan, ketika dikonfirmasi soal intervensi pemerintah dalam mengendalikan kenaikan harga BBM, memastikan pemerintah tidak lagi melakukan intervensi.

"Tidak (ada intervensi). Masyarakat dibiasakan saja. Karena subsidi produk itu tidak tepat sasaran. Mending subsidi diberikan untuk masyarakat miskin, dan bangun infrastrukur untuk anak cucu kita," kata Sofyan.

Untuk diketahui, dalam APBN-Perubahan2015 pemerintah mengusulkan subsidi energi tidak lebih dari Rp 60 triliun. Pemerintah mengalokasikan Rp 17 triliun untuk menyubsidi solar, dan selebihnya untuk subsidi BBN, LPG, listrik, dan LGV. (Estu Suryowati)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×