kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Terjadi Lonjakan Utang di Banyak Negara, Sri Mulyani: Harus Diawasi


Kamis, 10 Februari 2022 / 11:41 WIB
Terjadi Lonjakan Utang di Banyak Negara, Sri Mulyani: Harus Diawasi
ILUSTRASI. Terjadi Lonjakan Utang di Banyak Negara, Sri Mulyani: Harus Diawasi


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mulai mewaspadai adanya lonjakan utang dari banyak negara karena hadapi krisis akibat pandemi Covid-19. Kewaspadaan ini menurutnya untuk mengatasi agar tidak merembet ke perekonomian Indonesia.

Dia mencatat, rata-rata negara lain utangnya sudah melonjak sebanyak 60% sehingga utangnya mencapai 75% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Bahkan yang mengkhawatirkan banyak negara berkembang yang PDB-nya hamper mencapai 90%.

“Ini yang harus diawasi dan dipertimbangkan agar kita bisa menjaga perekonomian Indonesia jadi tidak terpuruk dan terkendali,” tutur Sri Mulyani dalam BRI Microfinance Outlook 2022 secara virtual, Kamis (10/2).

Bendahara keuangan negara ini mengungkapkan, lonjakan utang di tengah pandemi Covid-19 ini memang terbilang wajar. Sebab banyak negara yang membutuhkan bantuan utamanya uang untuk mempertahankan perekonomiannya agar tidak terjadi krisis yang berkepanjangan.

Baca Juga: Sri Mulyani: Pemulihan Ekonomi Hampir Merata, Hanya Bali yang Masih Minus

“Indonesia tambah 10,8% defisitnya, ini besar untuk kita karena debt to PDB rasio mendekati 40%, jadi itu kenaikan 30% sendiri dari level sebelum covid,” jelasnya.

Meski begitu, Ia menyebut di beberapa negara lain angka defisitnya bahkan melebar lebih dari 10%. Seperti Singapura naik 13%, Saudi Arabia naik 14%, Afrika Selatan naik 19%, Brasil 19% dan India naik 24% hanya dalam kurun waktu 2 tahun.

Lebih lanjut, semakin pulihnya perekonomian Indonesia, Pemerintah mulai menurunkan defisit anggaran, dan berharap akan kembali ke batas di bawah 3% dari PDB pada 2023 mendatang, sehingga APBN dapat sehat kembali. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×