kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Tak segera bersikap, Kemkeu dan Pertamina bisa bikin Merpati pailit


Senin, 22 Oktober 2018 / 21:22 WIB
Tak segera bersikap, Kemkeu dan Pertamina bisa bikin Merpati pailit
ILUSTRASI.


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengurus penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU) PT Merpati Nusantara Airlines (persero) menjadwalkan pada 30 Oktober 2018 menggelar pemungutan suara guna menentukan nasib Merpati. Jika gagal berdamai, Merpati bisa pailit.

"Itu jadwal yang diusulkan pengurus, pada 30 Oktober 2018. Tapi belum koordinasi dengan debitur," kata Pengurus PKPU Merpati Alfin Suherman saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (22/10).

Pemungutan suara perdamaian PKPU Merpati sedianya dilakukan pada 16 Oktober 2018 lalu. Namun ditunda, akibat Kementerian Keuangan, dan PT Pertamina (persero) belum dapat disposisi dari petingginya: Menteri Keuangan Sri Mulyani; dan Dewan Komisaris Pertamina. Hasilnya PKPU Merpati kembali diperpanjang.

Jika kelak sampai pemungutan suara Kemkeu, dan Pertamina belum tentukan sikap, PKPU Merpati bisa berakhir dengan kepailitan.

"Jika hadir tanpa memberikan suara berarti menolak proposal perdamaian, jika tidak hadir sama sekali berarti dianggap abstain," kata Alfin.

Hal tersebut disebabkan lantaran Kemkeu dan, Pertamina merupakan pemilik tagihan terbesar dalam PKPU Merpati.

Kemkeu terdaftar sebagai kreditur separatis (dengan jaminan) dengan nilai tagihan senilai Rp 2,6 triliun. Sementara Pertamina merupakan kreditur konkuren (tanpa jaminan) dengan tagihan Rp 2,8 triliun.

Sementara dalam proses PKPU ini, Merpati punya total tagihan jumbo, yaitu senilai Rp 10.95 triliun. Rinciannya terdiri dari kreditur preferen (prioritas) senilai Rp 1,09 triliun, kreditur separatis (dengan jaminan) senilai Rp 3,87 triliun, dan kreditur konkuren (tanpa jaminan) senilai Rp 5,99 triliun.

Ketika dikonfirmasi baik Kemkeu, dan Pertamina pun memang belum memberikan jawaban yang lugas kepada Kontan.co.id.

"Tunggu hasilnya saja, karena tidak boleh dong mendahului sidang," kata Kepala Biro Bantuan Hukum Kemkeu Tio Serepina Siahaan.

"Saya belum update," balas pesan pendek Vice President Corporate Communication Pertamina Adiatma Sardjito.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×