kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.894.000   23.000   1,23%
  • USD/IDR 16.409   -11,00   -0,07%
  • IDX 7.163   68,57   0,97%
  • KOMPAS100 1.045   14,77   1,43%
  • LQ45 816   13,28   1,65%
  • ISSI 224   1,34   0,60%
  • IDX30 426   6,47   1,54%
  • IDXHIDIV20 506   4,04   0,80%
  • IDX80 118   1,79   1,55%
  • IDXV30 119   0,39   0,33%
  • IDXQ30 140   1,92   1,40%

Tahun depan, tekanan beras terhadap laju inflasi masih tinggi


Kamis, 23 Desember 2010 / 18:43 WIB
Tahun depan, tekanan beras terhadap laju inflasi masih tinggi


Reporter: Hans Henricus | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Beras adalah salah satu komoditas utama penentu laju inflasi. Bahkan, hingga tahun depan tekanan beras terhadap laju inflasi masih cukup kuat. Pasalnya, beras merupakan kebutuhan pokok utama.

"Semua khawatir, karena beras masih menjadi bahan makanan pokok kita," kata Kepala Badan Pusat Statistik, Rusman Heriawan usai sidang kabinet paripurna di kantor Presiden, Kamis (23/12).

Dia mengatakan, gejolak kebutuhan pokok terutama beras masih menjadi pemicu lonjakan inflasi tahun depan. Menurutnya, kenaikan harga kebutuhan pokok itu seiring pertumbuhan ekonomi yang ditandai meningkatnya permintaan.

Cuma, menurut Rusman, apabila sektor suplai tidak dibenahi dengan baik maka yang terjadi adalah kenaikan harga yang berujung pada inflasi. "Umumnya tahun depan memprediksi di atas 6%, kalau dibawah 6% itu suatu yang luar biasa," imbuhnya.

Oleh sebab itu, kata Rusman, pemerintah harus meningkatkan produksi beras apapun kondisinya. Dia bilang, negara-negara asal beras impor, yaitu Vietnam dan Thailand mulai membatasi ekspor beras.

Rusman mencontohkan, Vietnam Food Association akan mengerem ekspor demi memperkuat cadangan beras dalam negeri. Salah satu sebabnya, hanya setengah juta ton alokasi cadangan beras 2010 yang bisa dipakai untuk kebutuhan tahun 2011. "Sebelumnya bisa dua kali lipat delivery sisa tahun 2009 ke tahun 2010," terang Rusman.

Rusman menjelaskan, pemerintah Thailand juga akan melakukan kebijakan serupa dengan Vietnam. Dengan demikian, mulai tahun depan tidak mudah mengimpor beras dari kedua negara tetangga di Asia Tenggara itu.

Senada, Menteri Keuangan Agus Martowardojo menilai gejolak harga kebutuhan pokok merupakan pemicu utama inflasi. "Sekarang ini yang berperan bagi inflasi adalah volatile food," kata mantan Direktur utama Bank Mandiri itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Digital Marketing for Business Growth 2025 : Menguasai AI dan Automation dalam Digital Marketing

[X]
×