Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Aryati mengatakan, setiap peralatan antigen sudah ada ketentuan harus berapa lama pemeriksaan segera dilakukan terhadap sampel yang telah diambil. Ia mengatakan, jika tidak segera dilakukan pemeriksaan, maka berpotensi menimbulkan adanya negatif palsu.
"Kalau PCR bisa dikerjakan tak segera karena ada medianya untuk virus bertahan. Tapi antigen harus segera. Kalau di situ tidak segera, bagaimana? hasilnya bisa negatif palsu," kata dia.
Baca Juga: Tidak perlu antre, ini cara pre order rapid test antigen di Bandara Soekarno Hatta
Idealnya, pelaksanaan rapid test antigen juga memerlukan Biosafety kabinet untuk menghindari potensi aerosol saat pengambilan sampel sehingga sebaiknya memang tidak dilaksanakan di tempat terbuka. Selain itu, pengambilan sampel antigen juga perlu menggunakan APD level 3.
Aryati mengatakan, pengambilan sampel melalui swab nasofaring juga seharusnya dilakukan oleh tenaga terlatih. Alasannya, dalam pengambilan sampel perlu teknik khusus sehingga alat pengambilan sampel bisa menyentuh ujung dan diputar-putar. Tujuannya agar pengambilan sampel maksimal dan tidak muncul negatif palsu.
Baca Juga: Angkasa Pura II tambah 6 lokasi tes COVID-19 di Bandara Soekarno-Hatta
Selengkapnya, berikut sejumlah hal yang harus diperhatikan dalam melakukan rapid test antigen:
- Lokasi tempat pengerjaan antigen Pengambilan sampel swab nasofaring harus oleh tenaga terlatih unt menjamin kualitas sampel/spesimen
- Harus segera dikerjakan
- Pengawasan terhadap merk yang belum diketahui validitas reagensia antigen Interpretasi hasil harus disertai kehati2an (lihat panduan PatKLIn)
- Gold standard tetap NAAT misal PCR
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ketahui, Ini Plus Minus Rapid Test Antigen Menurut Ahli"
Penulis : Nur Rohmi Aida
Editor : Inggried Dwi Wedhaswary
Selanjutnya: Penting! Kemenhub terbitkan juklak perjalanan selama libur Nataru, apa saja isinya?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News