kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Survey MSI, Belanja Masyarakat Mulai Meningkat Jelang Nataru


Minggu, 22 Desember 2024 / 18:26 WIB
Survey MSI, Belanja Masyarakat Mulai Meningkat Jelang Nataru
ILUSTRASI. Pohon Natal raksasa menjadi pusat dekorasi bertema Merry Green Christmas di Mal Ciputra, Jakarta Barat, Minggu (12/12/2021). Dari pola-pola tahun sebelumnya, belanja di periode Nataru baru meningkat mulai minggu kedua Desember hingga awal Januari.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli

Sebaliknya, belanja kebutuhan makanan dan minuman di supermarket, yang menjadi proksi untuk makan di rumah, terus meningkat dari 10,1% pada akhir 2022 menjadi 21,1% pada periode yang sama.

“Kalau restoran karena kemungkinan banyak masyarakat yang pilih masak dan makan di rumah,” kata Kepala Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro kepada Kontan, Minggu (22/12).

Lebih lanjut, Asmo sapaan akrab Andry Asmoro mengungkapkan, pada periode kuartal I 2025 mendatang, konsumsi rumah tangga diperkirakan akan tetap kuat. Namun bila dibandingkan dengan kuartal I 2024 tampaknya akan menurun, sebab pada awal tahun ini ada efek pemilu.

Baca Juga: Strategi Peritel Mal Maksimalkan Momentum Nataru untuk Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi

“Ada faktor puasa dan lebaran mestinya bisa jadi dorongan belanja di kuartal I 2025. Namun secara tahunan bisa terbatas krn ada ‘high based effect di kuartal I 2024,” ungkapnya.

Dalam kesempatan berbeda, Direktur Eksekutif Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti menyampaikan, konsumsi masyarakat pada awal tahun depan diperkirakan akan menurun. 

Pertama, kenaikan UMP sebesar 6,5% akan membebani pengusaha, sehingga pengusaha tersebut meneruskan bebannya kepada konsumen dengan menaikkan harga produk. 

Kedua, imbas dari kenaikan PPN menjadi 12%, maka beban konsumen akan bertambah, plus dengan adanya kenaikan harga.  “Konsumen akan mengurangi konsumsinya kalo harga produk lebih mahal,” tutur Esther.

Baca Juga: Bisnis Taman Bermain di Mal Meriah, Banyak Permintaan

Bahkan, hal buruk lainnya yang bisa terjadi adalah, ketika penjualan menurun, maka pengusaha bisa melakukan efisiensi perusahaan dengan melakukan pengurangan karyawan. Alhasil, badai PHK akan semakin bertambah.

“Ini akan melesukan perekonomian. Kenaikan PPN berpotensi menurunkan pertumbuhan ekonomi,” ungkapnya.

Selanjutnya: Ekonom Proyeksi Ekonomi Indonesia Tetap Kuat Meski ada Kebijakan PPN 12%

Menarik Dibaca: 4 Manfaat Minum Air Kelapa Hijau Rutin untuk Kesehatan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×