Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Neraca perdagangan Indonesia pada akhir kuartal III-2025 diperkirakan masih mencatat surplus, meski nilainya berpotensi menyusut dibandingkan bulan sebelumnya.
Sejumlah ekonom memperkirakan penyusutan ini terjadi akibat ekspor yang melambat di tengah meningkatnya aktivitas impor.
Kepala Departemen Riset Makroekonomi dan Pasar Keuangan Permata Bank Permata Institute for Economic Research (PIER) Faisal Rachman memproyeksikan surplus September 2025 mencapai US$ 3,19 miliar, turun dari US$ 5,49 miliar pada Agustus.
Menurutnya, penurunan ini disebabkan oleh turunnya kinerja ekspor dan meningkatnya permintaan impor seiring membaiknya aktivitas ekonomi domestik.
Baca Juga: Surplus Neraca Dagang di April 2025 Diproyeksi Menyusut, Ini Penyebabnya
“Ekspor diperkirakan tumbuh 7,72% secara tahunan, tetapi secara bulanan mengalami kontraksi 4,83%. Sementara impor naik 9,28% secara tahunan dan meningkat 5,63% secara bulanan,” ujar Faisal.
Ia menjelaskan, sektor besi dan baja masih menjadi penopang utama ekspor, didukung kenaikan harga crude palm oil (CPO). Ekspor ke China juga diproyeksi meningkat, mencerminkan kenaikan impor negara tersebut dari Indonesia sebesar 12,42% secara bulanan.
Namun, ekspor ke Amerika Serikat (AS) dan Jepang diperkirakan menurun, terutama akibat normalisasi pengiriman pasca penerapan tarif resiprokal oleh AS pada Agustus 2025.
Faisal menambahkan, lonjakan impor dipicu oleh penguatan aktivitas manufaktur domestik, sebagaimana terlihat dari indeks PMI Manufaktur Indonesia yang kembali berada di atas level 50 selama Agustus–September 2025.
Baca Juga: Surplus Neraca Dagang RI Diproyeksi Menyusut pada Juni 2025, Ini Pemicunya
“Selain itu, data Kementerian Keuangan menunjukkan penerimaan bea masuk naik sekitar 5,77% pada September,” imbuhnya.
Senada, Chief Economist Bank Syariah Indonesia (BSI) Banjaran Surya Indrastomo memperkirakan surplus neraca dagang akan menyusut menjadi US$ 4,27 miliar, lebih rendah dari Agustus. Ia memperkirakan ekspor September mencapai US$ 24,20 miliar, sedikit turun dari US$ 24,96 miliar pada bulan sebelumnya.
“Pelemahan ekspor terutama disebabkan oleh normalisasi pengiriman ke AS dan harga komoditas batubara yang belum menunjukkan penguatan,” kata Banjaran.













