Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kinerja neraca perdagangan Indonesia mulai menunjukkan sinyal perlambatan. Pada April 2025, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus neraca perdagangan Indonesia sebesar US$ 160 juta.
Meski masih mencatatkan surplus, angka ini lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai US$ 4,33 miliar.
Ekonom Bank Danamon Hosianna Evalita Situmorang menilai bahwa meski saat ini neraca perdagangan masih mencatatkan surplus, risiko defisit ke depan tetap perlu diwaspadai jika lonjakan impor tidak segera terkendali dan harga komoditas tidak mengalami kenaikan.
Baca Juga: Surplus Neraca Dagang Indonesia Diproyeksi Menyempit, Ini Sentimen yang Membayanginya
“(Surplus ke depan masih ada) asal lonjakan impor di April ini bisa melandai di bulan selanjutnya dan harga komoditas bisa naik. Kalau enggak ya kemungkinan bisa defisit,” tutur Hosianna kepada Kontan, Senin (2/6).
Hosianna menambahkan, tren kenaikan impor yang terjadi pada April masih bersifat musiman dan bukan mencerminkan tren struktural.
Namun, jika tidak diimbangi dengan penguatan ekspor, maka potensi neraca perdagangan berbalik defisit tetap terbuka.
Ia berharap, upaya ekspansi pasar ekspor ke wilayah ASEAN, Timur Tengah dan Uni Eropa bisa berjalan agar kinerja ekspor ke depan akan terus meningkat.
Baca Juga: Meski Surplus di Neraca Dagang Indonesia Defisit Neraca Jasa, Terbesar dengan AS
Terkait harga komoditas, menurutnya akan sangat ditentukan apabila tensi geopolitik global mereda dan bank sentral di negara-negara maju mulai menurunkan suku bunganya.
Untuk diketahui, surplus neraca perdagangan pada April 2025 ini merupakan yang terendah sejak Mei 2020 yang mana kala itu surplusnya mencapai US$ 2,09 miliar.
Selanjutnya: Begini Progres IPO Anak Usaha Chandra Asri (TPIA), Chandra Daya Investasi
Menarik Dibaca: Hujan di Tangerang, Simak Prakiraan Cuaca Besok (3/6) di Banten
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News