Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Noverius Laoli
Kendati demikian, dia bilang sustainabilityULN perlu dijaga, dan ini bergantung pada kemampuan membayar lagi, potensi penerimaan dalam negeri dan potensi pertumbuhan ekonomi. Selain itu ada pula pertimbangan yang lebih mengarah ke debt managementseperti proporsi utang valas dan ATM.
Adapun dari keseluruhan jumlah ULN, sebesar 88,4% merupakan utang jangka panjang. Kata Masyita ini membuatrisiko fiskal Indonesiajangka panjangjugamasih terjaga karena beberapa alasan.
Pertama, porsi utang valas 29% per 31 Agustus 2020 masih terjaga sehingga resiko nilai tukar lebih bisa manageable. Kedua, profil jatuh tempo utang kita juga cukup aman dengan average time maturityatau ATM 8,6 tahun per Augstus 2020 dari 8,4 tahun dan 8,5 tahun di tahun 2018 dan 2019.
Masyita juga menyampaikan beberapa strategi Pemerintah untuk mengelola utangnya. “Untuk memitigasi risiko fiskal, terutama pada portofolio utang, kita juga melakukannya strategi aktif meliputi buyback, debt switch,dan konversi pinjaman. Selain itu, secara umum tetap dilakukan manajemen yang baik terhadap waktu jatuh tempo dan pendalaman pasar keuangan,” tambahnya.
Selanjutnya: Masuk 10 besar,Utang luar negeri Indonesia meningkat 2x lipat lebih 10 tahun terakhir
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News